Selama ini yang sering kita dengar dalam setiap pengajian/ceramah yang
berisi mengenai sikap anak terhadap orangtua selalu sama, yaitu
menjadikan anak sebagai subyek dengan kata lain anak yang harus menjaga
sikapnya. Anak harus hormat, mematuhi dan bersikap yang baik-baik
(lisan/perbuatan) kepada orangtua. Padahal dalam kenyataan yang sering
terjadi dalam kehidupan nyata ini banyak sekali seorang anak
kebingungan atau sulit bersikap terhadap orangtuanya, terutama bagi
mereka yang yang orangtuanya bermasalah.
Tanya Jawab (432) :Sikap Anak terhadap Orang Tua Bermasalah
Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Selama ini yang sering kita dengar dalam setiap pengajian/ceramah yang
berisi mengenai sikap anak terhadap orangtua selalu sama, yaitu
menjadikan anak sebagai subyek dengan kata lain anak yang harus menjaga
sikapnya. Anak harus hormat, mematuhi dan bersikap yang baik-baik
(lisan/perbuatan) kepada orangtua. Padahal dalam kenyataan yang sering
terjadi dalam kehidupan nyata ini banyak sekali seorang anak
kebingungan atau sulit bersikap terhadap orangtuanya, terutama bagi
mereka yang yang orangtuanya bermasalah.
Bagaimana sikap anak terhadap ayah yang memukuli ibunya? sementara ayah
sudah tidak dapat dikendalikan/dinasehati !!! Apakah sang anak harus
diam melihat hal tersebut karena jika melawan akan dikatakan durhaka
sementara ibu tersiksa lahir dan batinnya. Hal tersebut diatas sering
kita lihat dan dengar disekililing kita, bahkan ada seorang anak
kelepasan tangan memukul ayahnya untuk membela ibunya yang dianiaya
ayahnya.Jika kita lihat hadist Rasul bahwa ibu 3x lebih harus kita
hormati dari ayah apakah dibenarkan anak melawan ayahnya untuk membela
ibunya yang teraniaya ?
Demikian, terimakasih atas perhatian dan jawabannya. Jazakumullohu
Khoiron.
Wassalaamu'alaikum wr. wb.
Uhktikum Fillah
---------
Jawab
---------
Saya sepakat dengan Anda, kebanyakan orang tua (ortu) ternyata otoriter.
Menurutnya, segala perkataannya harus diikuti anaknya. Padahal ortu
yang baik itu di samping sbg pelindung dan pembimbing, mestinya juga
harus menjadi teman yang baik (yang bisa diajak diskusi dlm membicarakan
cita-cita, misal) bagi anaknya. Juga perlu dibedakan antara nasehat dan
saran/usulan. Nasehat itu meliputi nilai-nilai yang prinsipil (sesuai
logika), dan moralitas atau norma-norma agama, seperti kedisiplinan,
kejujuran, tanggung-jawab, keseriusan, harga-menghargai,
hormat-menghormati, dll. Dan saran/usulan berkaitan dengan cita-cita,
bidang studi yang hendak di tekuni, dll.
Jadi, seorang anak dikatakan membantah nasehat ortu jika ia tidak
menaati nilai-nilai moralitas yang disampaikan ortunya. Adapun soal
pilihan cita-cita, pilihan jodoh, dll yang berkaitan dengan masa depan
si anak ortu tidak boleh memaksakan kehendaknya. Bila si anak sudah
mantap pada suatu pilihan (yang tidak ada jeleknya sedikitpun menurut
norma apapun), dan konsekuen atas pilihan tersebut (berani
bertanggungjawab), ortu tinggal memberikan usulan-usulan dan bimbingan
yang mendukung pilihan si anak. Dalam hal ini ortu juga tidak bisa
memaksakan usulan-usulannya. Bila si anak mempunyai pendapat yang lebih
mantap dan yakin bisa mempertanggungjawabkannya, ortu tidak boleh
mengendorkannya. Diskusi soal pilihan ini tergantung pada kekuatan
argumen-argumen yang rasional, dan yang jelas tidak boleh menyalahi
norma-norma agama.
Demikian soal pendidikan anak. Format interaksi ortu-anak seperti di
atas bila keduanya tetap pada rel-rel agama dan logika. Jika salah
satunya menyalahi agama, maka pertanda olengnya bahtera rumah tangga.
Terlebih jika yang melakukan kesalahan adalah ortu, seperti kisah Anda
tersebut.
Pertanyaan berikutnya, seperti yang Anda tanyakan, bagaimana sikap si
anak? Dilihat-lihat, bila si anak sudah menjadi dewasa dan merasa mampu
--secara fisik dan mental-- mengatasi ortu-nya sendirian tanpa
melibatkan orang luar, maka lebih baik diatasi sendiri. Tapi jika tidak
mampu, segeralah minta tolong orang lain. Bahkan kalau urusannya sudah
gawat sekali, sudah masuk kategori pidana misal, lebih baik lapor ke
pihak yang berwajib (polisi). Yang jelas, harus segera diupayakan agar
jangan terjadi korban. Pada kasus yang Anda ceritakan, tentu si anak
sebisanya menyelamatkan ibunya, namaun jangan ikut-ikutan kehilangan
kesabaran dengan membalas dendam, apalagi sampai membunuh bapaknya.
Demikian, semoga bermanfaat
Arif Hidayat
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar