KOMPAS.com - Dua rektor perguruan tinggi dipercaya
mengelola pendidikan dasar menengah dan tinggi di Tanah Air. Kini
saatnya mereka mewujudkan janji Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf
Kalla di bidang pembangunan manusia ketika berkampanye dulu.
Pengumuman
Kabinet Kerja oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) membawa perubahan
besar dalam dunia pendidikan. Akhirnya, Presiden memutuskan pendidikan
tinggi dilepaskan dari kementerian yang mengelola pendidikan dasar,
menengah, dan kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi akan
”boyongan” ke Kementerian Riset dan Teknologi sehingga nomenklaturnya
berubah menjadi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Ristek dan Dikti).
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan
dipercaya menjabat Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah.
Adapun Rektor Universitas Diponegoro (yang baru terpilih dan akan
dilantik sebagai rektor pada Desember 2014), M Nasir, dilantik sebagai
Menteri Ristek dan Dikti. Di bahu Anies Baswedan dan M Nasir harapan
terhadap pembangunan manusia Indonesia dibebankan.
Kini, mumpung
masih segar, merupakan saat yang tepat untuk mengingat janji Jokowi
ketika berkampanye dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Hal itu mesti
diwujudkan oleh Anies dan M Nasir selaku pemegang kendali birokrasi di
bidang pendidikan-kebudayaan.
Kepada para menteri barunya, Jokowi
berkata, tidak ada istilah visi-misi kementerian, yang ada ialah
visi-misi presiden. ”Daftar komitmen” Joko Widodo dalam visi-misinya
ketika merebut hati rakyat cukup panjang. Terkait dengan pendidikan
sebagai pembentuk karakter bangsa, Jokowi antara lain menjanjikan
penataan kembali kurikulum pendidikan nasional yang mengedepankan aspek
pendidikan kewarganegaraan dan menempatkan secara proporsional
pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotis dan cinta
Tanah Air, semangat bela negara, serta budi pekerti. Jokowi juga
menjanjikan biaya pendidikan terjangkau bagi seluruh warga negara.
Adapun visi-misi di bidang kebudayaan, Jokowi akan memperteguh kebinekaan Indonesia dan memperkuat restorasi sosial.
Kabinet Kerja
Kabinet
Kerja Jokowi, terutama dalam mewujudkan visi-misi bidang pendidikan dan
kebudayaan, akan bekerja dalam latar krusial, yakni pasar bebas
regional Masyarakat Ekonomi ASEAN. Bersamaan dengan itu, peluang
pemanfaatan bonus demografi kian mengecil.
Akhir tahun depan,
Indonesia dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN yang menuntut
kekuatan daya saing manusia. Dalam tataran praktis, Kementerian
Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah mesti dapat mengantisipasi
tantangan itu. Perbaikan mendasar dan strategis pendidikan tentu akan
dapat mengungkit kualitas manusia Indonesia. Sejumlah komitmen bidang
pendidikan, seperti perbaikan kualitas guru, akses pendidikan, dan
peningkatan fasilitas, telah di jalurnya.
Demikian pula dalam
bidang kebudayaan. Pasar bebas akan berdampak pada identitas, nilai-
nilai, dan karakter bangsa. Perkuatan kebinekaan dan pembangunan modal
sosial akan bermakna banyak jika benar-benar dilaksanakan.
Bonus demografi
Kesempatan
memanfaatkan bonus demografi juga sangat tergantung keberhasilan
menteri pendidikan sekarang. Puncak bonus demografi akan terjadi pada
tahun 2028-2031. Itu berarti hanya tersisa 14 tahun untuk menyiapkan
manusia Indonesia yang produktif dan menyediakan lapangan kerja yang
memadai agar bonus demografi tidak berubah menjadi malapetaka demografi
(Kompas, Selasa, 26 Agustus 2014). Waktu yang tersisa itu dimulai dari
sekarang. Pemanfaatan bonus demografi sangat tergantung pada pembangunan
kualitas pendidikan secara mendasar dan saat ini.
Dalam
mewujudkan komitmen di tengah latar Masyarakat Ekonomi ASEAN dan bonus
demografi dibutuhkan keandalan manajemen pendidikan. Tak cukup hanya
bagus dalam tataran konsep, tetapi juga mesti lihai dalam eksekusi
program dan manajemen.
Banyak kebijakan terjungkal dalam tahapan
eksekusi. Contoh kasus paling baru ialah Kurikulum 2013. Model
pembelajaran discovery learning yang dianut kurikulum itu semestinya
dapat membawa perubahan mendasar dan positif. Namun, pelaksanaan
kurikulum yang serba terburu- buru, dan berbagai kekacauan di lapangan,
seperti terlambatnya buku pelajaran tiba di sekolah, pelatihan guru yang
terlambat, dan ketimpangan sarana di lapangan, menyulitkan penerapan
kurikulum baru.
Perencanaan anggaran pendidikan juga penting.
Selama ini, besarnya anggaran pendidikan belum berdampak banyak pada
kualitas. Pada 2015, misalnya, dari Rp 409 triliun anggaran pendidikan,
sekitar 50 persen masih terserap untuk gaji guru.
Pada akhirnya,
untuk mewujudkan janji-janji itu, Menteri Kebudayaan dan Pendidikan
Dasar Menengah serta Menteri Ristek dan Dikti yang baru harus kerja,
kerja, dan kerja. Jadi, selamat bekerja! (Indira Permanasari)
Rabu, 29 Oktober 2014
pengajuan MENDIKBUD
Tue, 10/28/2014 - 12:25
Sumpah
pemuda pada 28 Oktober 1928, merupakan kesadaran dan aksi bersama yang
dilakukan oleh kaum muda terhadap apa yang telah mereka rasakan pada
saat itu, dan yang mereka inginkan untuk Indonesia masa depan.
Tue, 10/28/2014 - 14:26
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, meninjau
lingkungan kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),
selepas memimpin upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda, Selasa
(28/10/2014) di Kantor Kemendikbud.
mengenal SI EINSTEIN
Albert Einsten adalah seorang jenius yang paling dikenal dalam dunia
ilmu pengetahuan. Ia paling dikenal dengan teori relativitas. Ia juga
pernah memenangkan hadiah nobel berkat penemuannya atas partikel foton.
Sampai saat ini, ia masih dianggap sebagai manusia dengan IQ tertinggi
di dunia yaitu dengan skor 160 (skor maksimal berdasarkan metode Mensa)
bersama Stephen Hawking.
Banyak sisi menarik dalam kehidupannya yang amat jarang diketahui publik hingga saat ini, diantaranya:
1. Tidak pernah memakai kaus kaki
Ini benar-benar suatu fakta konyol. Albert Einstein tidak pernah memakai kaus kaki seumur hidupnya dengan alasan bahwa kaus kaki suatu saat akan berlubang. “Mengapa harus memakai kaus kaki dan sepatu secara bersamaan kalau keduanya akan baik-baik saja?”, ujarnya pada suatu waktu. Sungguh orang jenius memang ada benarnya kalau sering disebut sinting.
2. Einstein menolak jabatan Perdana Menteri Israel
Pada 9 November 1952, setelah kematian Chaim Weizman, Presiden Israel yang pertama. Einstein ditawari jabatan Perdana Menteri oleh Pemerintah Israel, tetapi dia menolak tawaran tersebut secara halus. Alasannya, dirinya terlalu tua dan tidak cukup berpengalaman (lebih tepatnya ia tidak merasa kompeten dalam dunia politik). Mengapa Einstein sampai ditawari jabatan sebagai PM Israel? Sebab Einstein merupakan seorang Yahudi yang sangat populer dan amat dihormati di penjuru dunia.
3. Memiliki anak di luar nikah
Menurut penelitian terbaru, Einstein memiliki hubungan intim dengan kekasihnya, Mileva Maric yang berasal dari Serbia pada akhir 1890.
Sebelum mereka menikah, Maric mendapati dirinya hamil dan mereka memutuskan untuk menyembunyikan anaknya. Einstein dan Maric menikah satu tahun kemudian setelah Einstein mendapat pekerjaan.
4. Einstein dan kulkas
Banyak yang berpikir bahwa Einstein hanyalah seorang ilmuwan teori tapi sesungguhnya ia memiliki banyak pengetahuan dan keahlian dalam hal ilmu pengetahuan praktikal. Menurut beberapa studi, Einstein-lah yang pertama menemukan (sistem kerja) kulkas setelah menulis Teori Relativitas yang terkenal. Sayangnya penemuannya ini tidak pernah masuk ke produksi sehingga tidak pernah ada yang mengenalnya sebagai penemu kulkas.
5. Einstein tidak lulus ujian sekolah
Apabila ada seseorang yang tidak lulus dalam ujian sekolah, maka serta merta kita akan menganggapnya sebagai seorang yang bodoh. Tapi percayakah Anda, bahwa Eisntein termasuk juga dalam golongan tersebut. Einstein tidak lulus ujian masuk sekolah karena gagal dalam pelajaran bahasa dan budaya, namun dia malah dikenal sebagai seorang ilmuwan yang luar biasa jenius dan menjadi salah satu sosok paling terkenal dalam sejarah dunia.
(PBS, Wikipedia, Article Wave)
Banyak sisi menarik dalam kehidupannya yang amat jarang diketahui publik hingga saat ini, diantaranya:
1. Tidak pernah memakai kaus kaki
Ini benar-benar suatu fakta konyol. Albert Einstein tidak pernah memakai kaus kaki seumur hidupnya dengan alasan bahwa kaus kaki suatu saat akan berlubang. “Mengapa harus memakai kaus kaki dan sepatu secara bersamaan kalau keduanya akan baik-baik saja?”, ujarnya pada suatu waktu. Sungguh orang jenius memang ada benarnya kalau sering disebut sinting.
2. Einstein menolak jabatan Perdana Menteri Israel
Pada 9 November 1952, setelah kematian Chaim Weizman, Presiden Israel yang pertama. Einstein ditawari jabatan Perdana Menteri oleh Pemerintah Israel, tetapi dia menolak tawaran tersebut secara halus. Alasannya, dirinya terlalu tua dan tidak cukup berpengalaman (lebih tepatnya ia tidak merasa kompeten dalam dunia politik). Mengapa Einstein sampai ditawari jabatan sebagai PM Israel? Sebab Einstein merupakan seorang Yahudi yang sangat populer dan amat dihormati di penjuru dunia.
3. Memiliki anak di luar nikah
Menurut penelitian terbaru, Einstein memiliki hubungan intim dengan kekasihnya, Mileva Maric yang berasal dari Serbia pada akhir 1890.
Mileva Maric (kiri), kekasih yang kemudian menjadi istri Einstein
Sebelum mereka menikah, Maric mendapati dirinya hamil dan mereka memutuskan untuk menyembunyikan anaknya. Einstein dan Maric menikah satu tahun kemudian setelah Einstein mendapat pekerjaan.
4. Einstein dan kulkas
Banyak yang berpikir bahwa Einstein hanyalah seorang ilmuwan teori tapi sesungguhnya ia memiliki banyak pengetahuan dan keahlian dalam hal ilmu pengetahuan praktikal. Menurut beberapa studi, Einstein-lah yang pertama menemukan (sistem kerja) kulkas setelah menulis Teori Relativitas yang terkenal. Sayangnya penemuannya ini tidak pernah masuk ke produksi sehingga tidak pernah ada yang mengenalnya sebagai penemu kulkas.
5. Einstein tidak lulus ujian sekolah
Apabila ada seseorang yang tidak lulus dalam ujian sekolah, maka serta merta kita akan menganggapnya sebagai seorang yang bodoh. Tapi percayakah Anda, bahwa Eisntein termasuk juga dalam golongan tersebut. Einstein tidak lulus ujian masuk sekolah karena gagal dalam pelajaran bahasa dan budaya, namun dia malah dikenal sebagai seorang ilmuwan yang luar biasa jenius dan menjadi salah satu sosok paling terkenal dalam sejarah dunia.
(PBS, Wikipedia, Article Wave)
MENGENAL ALBERT EINSTEIN
Albert
Einstein, tak salah lagi, seorang ilmuwan terhebat abad
ke-20. Cendekiawan tak ada tandingannya sepanjang jaman.
Termasuk karena teori "relativitas"-nya. Sebenarnya teori
ini merupakan dua teori yang bertautan satu sama lain: teori
khusus "relativitas" yang dirumuskannya tahun 1905 dan teori
umum "relativitas" yang dirumuskannya tahun 1915, lebih
terkenal dengan hukum gaya berat Einstein. Kedua teori ini
teramat rumitnya, karena itu bukan tempatnya di sini
menjelaskan sebagaimana adanya, namun uraian ala kadarnya
tentang soal relativitas khusus ada disinggung sedikit.
Pepatah bilang, "semuanya adalah relatif." Teori Einstein
bukanlah sekedar mengunyah-ngunyah ungkapan yang nyaris
menjemukan itu. Yang dimaksudkannya adalah suatu pendapat
matematik yang pasti tentang kaidah-kaidah ilmiah yang
sebetulnya relatif. Hakikatnya, penilaian subyektif terhadap
waktu dan ruang tergantung pada si penganut. Sebelum
Einstein, umumnya orang senantiasa percaya bahwa dibalik
kesan subyektif terdapat ruang dan waktu yang absolut yang
bisa diukur dengan peralatan secara obyektif. Teori Einstein
menjungkir-balikkan secara revolusioner pemikiran ilmiah
dengan cara menolak adanya sang waktu yang absolut. Contoh
berikut ini dapat menggambarkan betapa radikal teorinya,
betapa tegasnya dia merombak pendapat kita tentang ruang dan
waktu. |
|
Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Michael H. Hart, 1978 Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982 PT. Dunia Pustaka Jaya Jln. Kramat II, No. 31A Jakarta Pusat ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota Please direct any suggestion to Media Team |
MENEROPONG TANTANGAN PENDIDIKAN GLOBAL
Dunia
yang semakin mengglobal sekarang ini, bergerak dan berubah semakin
cepat dan kompetitif. Semua bidang mengalami pergeseran dan tantangan,
termasuk lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan menghadapi tantangan
serius untuk mampu mengikuti sekaligus berada digarda depan perubahan
global tersebut. Kalau tidak mampu menjawabnya, maka lembaga pendidikan
tidak akan berwibawa di hadapan roda dinamika zaman yang berjalan dengan
cepat. Bahkan, lembaga pendidikan akan dianggap tidak mampu
mengantisipasi realitas kekinian yang terjadi.
Karena
itu, tidak ada waktu santai bagi dunia pendidikan dalam merespon secara
cepat perubahan global tersebut. Ia harus mendinamisasi diri secara
massif dan akseleratif agar mampu mengejar ketertinggalan dan mampu
memimpin perubahan masa depan yang meniscayakan kreativitas tinggi,
produktivitas memadai, dan daya jangkau yang mendunia. Reformasi
besar-besaran harus segera dilakukan lembaga pendidikan jika tetap ingin
survive dan memenangkan
kompetensi terbuka. Infra dan supra struktur harus dilengkapi,
didefinisikan ulang, dan diorientasikan ulang secara efektif, baik
konsep maupun implementasinya.
1 Lihat kompas, tanggal 20/4/2009
|
Kalau
realitasnya seperti ini, kapan bangsa ini bisa sejajar dengan
bangsa-bangsa yang maju. Jika sumber daya manusia yang cerdas dan
kreatif diangkut ke negeri asing dan dijadikan tenaga professional di
negeri mereka, maka yang tersisa di negeri ini tentu kader-kader muda
yang rendah kualitasnya, kurang percaya diri menghadapi perubahan, dan
malas belajar. Kedepan bangsa ini menjadi bangsa yang miskin dan
terbelakang, menjadi budak di negeri sendiri, tanahnya menjadi rebutan
investor asing dan kesejahteraan semakin jauh dari harapan.
Disinilah
urgensi lembaga pendidikan meneropong tantangan-tantangan dunia dengan
kecepatan tinggi, mendeskripsikannya secara detail, menyiapkan
langkah-langkah terukur dan sistematis, dan berjuang mewujudkan mimpi
besar sebagai Negara yang melek ilmu pengetahuan dan teknologi.
Murid-murid berprestasi diperhatikan dengan serius, diberikan beasiswa
penuh untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi di berbagai
perguruan tinggi, baik di dalam dan luar negeri, dan memberikan prospek
pekerjaan cerah sesuai dengan bidang keahliannya. dari sinilah, pelan
tapi pasti, bangsa ini akan mengalami perkembangan signifikan dalam
penguasaan iptek. Intinya semua berawal dari penataan lembaga pendidikan
yang efektif yang melahirkan aktor-aktor genius masa depan yang kreatif.
Dengan
demikian, pendidikan harus memberikan hal-hal yang terkait dengan
pertumbuhan, perubahan, pembaharuan, dan juga hal-hal yang terus
berlangsung. Karena hidup terus berlangsung, maka menangani pendidikan
sebetulnya sama dengan menangani masa depan, me-manage masa depan. Oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus diperbaharui, dipertegas, dan dipertajam.
Menjemput
masa depan yang cerah membutuhkan sebuah proses yang cukup serius. Di
situlah peran seorang pendidik untuk mengondisikan peserta didik, baik
di tengah keluarga, masyarakat, ataupun secara formal sekolah. Sehingga,
sekarang orang pun tidak terlalu memilah-milah antara pendidikan
disekolah dan pendidikan di rumah yang merupakan terminology pendidikan
klasik yang formal. Oleh karena itu, pendidikan tidak akan pernah
berakhir. Long life education.
Sayang,
di tengah pusaran perubahan dahsyat sekarang ini, tantangan pendidikan
semakin kompleks. Setiap insan pendidikan dituntut untuk merumuskan
tantangan tersebut dan menjawabnya dengan ide-ide segar yang solutif dan
aplikatif. Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed memotret tentang tantangan lembaga
pendidikan dalam dua kategori, yaitu tantangan eksternal dan internal.
A. Tantangan eksternal
Tantangan eksternal yang dirasakan dunia pendidikan saat ini antara lain:
1. Globalisasi
Globalisasi
sering diterjemahkan dengan istilah mendunia. Suatu entitas, betapa pun
kecilnya, disampaikan oleh siapa pun, di mana pun dan kapan pun, akan
dengan cepat menyebar ke seluruh pelosok dunia, baik berupa ide,
gagasan, data, informasi, produksi, pembangunan, sabotase, dan
sebagainya; begitu disampaikan, saat ini pula diketahui oleh semua orang
di seluruh dunia.
Globalisasi,
selain menghadirkan peluang positif, juga dapat menghadirkan peluang
negatif, yaitu menimbulkan keresahan, penderitaan, dan penyesatan. Dalam
globalisasi terjadi “banjir pilihan dan peluang”, terserah kemampuan
seseorang untuk memilikinya. Dalam ranah pendidikan, mampukah kita
menciptakan dan mengembangkan system pendidikan yang menghasilkan
lulusan-lulusan yang “mampu memilih” tanpa kehilangan peluang dan jati
diri kita?
2. Kompleksitas
2 Lihat Prof. Dr. mastuhu, M.Ed , memotret tentang tantangan lembaga pendidikan dalam dua kategori, yaitu tantangan eksternal dan internal, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21 (2003)
|
Dalam
zaman modern, tidak ada yang tetap kecuali perubahan. Masalahnya,
mampukah kita menyambut dan bermain dengan perubahan sebagai peraturan
yang tidak terhindarkan, tanpa kita diatur atau didikte oleh perubahan?
3. Turbulence
Turbulence
adalah suatu daya atau kekuatan yang dahsyat bagaikan membangunkan
harimau tidur di tengah-tengah system kehidupan yang berjalan rutin,
normal dan damai. Turbulence
berasal dari istilah yang menggambarkan kekuatan dahsyat dari tengah
mesin seperti “mesin turbo” untuk menggambarkan menggambarkan kekuatan
mobil yang berkemampuan tinggi. Hasil dari Turbulence adalah daya ledak atau daya ubah yang luar biasa, memporak-porandakan system peluang emas bagi para pelaku system.
Masalahnya,
system pendidikan yang bagaimanakah yang mampu mengantar anak didik
untuk tidak mudah “terkejut”, “terheran-heran”, dan mudah “collapse” atau jatuh, dan putus asa, tetapi mampu bangkit kembali dengan lebih segar, penuh semangat dan percaya diri?
4. Dinamika
Inti
pengertian dinamika adalah perubahan. Suka atau tidak suka, kita harus
menyambut perubahan. Paradigma baru dalam memandang dinamika adalah
makin dinamis sesuatu, ia makin stabil, dan stabilitas yang makin kokoh
akan semakin menjamin dinamika tinggi pula bagaikan “gangsing” yang
berputar cepat, makin cepat perputaran, makin stabil keseimbangannya.
Sebaliknya, makin lambat perputaran atau gerakannya, makin tidak stabil
dan akhirnya jatuh. Tetapi masalahnya adalah gerakan dinamika yang
semakin tinggi juga membuka peluang benturan antara berbagai komponen
atau mata rantai elemen yang menjadi unsur-unsur dari system yang
bersangkutan, dan terbuka peluang catastrophes (kecelakaan atau kegagalan).
Kiat
baru dari manajemen modern adalah kegagalan suatu system justru
ditentukan oleh mata rantai yang paling rendah dinamikanya. Factor utama
yang menentukan tinggi rendahnya dinamika adalah sumber daya manusia,
ilmu, teknologi, dan telekomunikasi. Dari segi pendidikan, mampukah kita
mengembangkan system pendidikan yang dapat membawa anak didik mampu
mengembangkan model dinamika dalam kesatuannya dengan stabilitas agar
tujuan pembangunan dapat tercapai?
5. Akselerasi
Akselerasi
adalah gerak naik atau gerak maju yang dalam era informasi hal itu
adalah perubahan, dengan kata-kata kunci akselerasi cepat dan meningkat;
di dalam dunia bisnis, faktor kunci yang menentukan sukses adalah
kompetisi. Dari sudut pandang ini, mampukah sistem pendidikan membawa
anak didik menyadari pentingnya waktu dan manfaatnya?
6. Keberlanjutan dari Kuno Menuju modern
Ada suatu kenyataan bahwa yang modern tidak begitu saja lahir dan mengada atau exist
tanpa yang tradisional. Sebaiknya, yang tradisional hanya akan menjadi
dongeng masa lalu tanpa diinjeksi dengan temuan, nilai, pemikiran,
semangat, dan harapan baru. Dalam zaman modern ini, orang dituntut untuk
tetap melestarikan nilai-nilai lama, yang luhur yang bermoral dan
seterusnya, sekalipun dari dimensi teknokratiknya terdapat hal-hal
tertentu yang harus sudah ditinggalkan karena sudah tidak cocok lagi
dengan masalah yang dihadapi dengan tetap bersumber pada nilai-nilai
luhur (moral) dari ajaran agama dan nilai kemanusiaan yang terus
berkembang dalam budaya dan pandangan hidup bangsa. Kata-kata kunci
untuk menyambut yang kuno dan yang modern adalah tetap dalam perubahan,
bahkan mengantisipasinya, dan menyadari sepenuhnya bahwa
perubahan-perubahan yang bergerak maju dan semakin cepat itu tidak
selalu bergerak linear menurut hukum sebab akibat dan dapat diprediksi.
7. Konektivitas
Dalam
zaman modern ini, tidak ada satu entitas yang mampu berdiri sendiri.
Semuanya terkoneksi antara satu dengan yang lain dalam suatu jaringan
kerja. Koneksitas bukan hanya sekedar jaringan kerja computer dan
jaringan global, melainkan suatu fenomena di mana suatu entitas dari
suatu kemajuan teknologi dapat masuk ke dalam suatu jaringan kerja
global. Saat ini, kita sulit mengisolasi diri tetap dalam kehidupan
alami tanpa terkontaminasi oleh kehidupan modern yang penuh dengan
rekayasa dan barang pengawet.
8. Konvergensi
Konvergensi
muncul bila dua system yang berbeda bergerak menuju satu titik temu
atau suatu pola tanpa meleburkan diri ke dalam satu system. Namun,
berkat teknologi yang semakin canggih dapat diperoleh model baru yang
lebih efektif, produktif, efisien, murah, dan dengan kualitas yang lebih
baik. Dalam era informasi global, terjadi konvergensi yang membawa
benturan ide, tradisi, system, dan sebagainya. Dari silang pendapat ini
kemudian terdapat nilai-nilai baru yang secara universal dapat diterima
oleh semua pihak, disamping tetap menyisakan nilai-nilai lama yang
berbeda.
Dengan demikian, core
konvergensi dalam abad ke-21 adalah lahirnya entitas baru yang
merupakan tuntutan global, yang menyebar dengan lebih cepat, murah,
tepat/benar, praktis, dapat diterima secara universal, serta memiliki
keguanaan berkali lipat, tanpa meleburkan diri ke dalam sistem-sistem
yang baru.
9. Konsolidasi
Di
era global, terdapat kecenderungan dari berbagai subsistem yang tadinya
independen kemudian mengadakan konsolidasi ke dalam kesatuan unit atau blok
yang lebih besar sekaligus dengan strategi baru untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik. Kebutuhan untuk melakukan konsolidasi tidak terbatas
pada bidang bisnis saja, tetapi juga pada semua bidang, termasuk bidang
agama.
10. Rasionalisasi
Semua
system dalam era globalisasi cenderung berpikir ulang dan mengevaluasi
kembali alat-alat dan strateginya agar lebih efektif, efisien, dan
produktif dalam mencapai tujuannya. Sering kali hal itu dilakukan dengan
men-setting ulang atau merumuskan kembali tujuan yang ingin dicapai
atau meredefinisikan visi, misi, orientasasi, tujuan, strategi, alat,
SDM-nya, dan sebagainya; demi tercapainya cita-cita yang dituju.
11. Paradoks Global
Paradoks
global benar-benar telah membudaya dalam tata kehidupan modern di abad
ke-21. Paradoks merupakan suatu perumusan atau pernyataan yang absurd,
membingungkan karena tampak bertentangan. Sebab, di dalamnya berisi dua
entitas yang saling bertentangan satu sama lain, tetapi dikemas dalam
satu perumusan atau satu pernyataan. Meski demikian, paradoks tetap
abash dan dibenarkan, misalnya “ lebih sedikit adalah lebih banyak”.
Pernyataan tersebut berasal dari bidang arsitektur yang maksudnya adalah
makin sedikit anda mengacaukan suatu gedung dengan hiasan, makin anggun
gedung dimaksud.
Paradoks
merupakan keniscayaan yang tidak terhindarkan dalam kehidupan. Tetapi,
paradoks dalam kehidupan modern terasa lebih menggugah dan mendorong
untuk berpikir lebih tajam dan cerdik. Misalnya semakin kecil, semakin
besar. Maksudnya, seperti telepon genggam, makin kecil, makin praktis,
tetapi jangkauannya semakin besar dan beragam. “ semakin besar ekonomi
dunia, semakin kuat pula para pemain terkecilnya”. Maksudnya,
perusahan-perusahan raksasa, tunggal, dan memusat cenderung stagnan
dalam memperoleh keuntungan. Karena itu mereka mengubah diri dalam
system hierarchy (sentralistis) menjadi system heterarki,
otonom, reformasi (desentralisasi), yaitu dengan memperbanyak pusat
kekuatan otonom dengan memperbanyak pusat kekuasaan otonom dengan
menggunakan beratus-ratus stasiun kera on-line
di seluruh penjuru dunia dengan hanya ditangani oleh beberapa orang
saja yang dapat dihitung dengan jari tetapi menggunakan alat informasi
komunikasi yang amat canggih. Diperkirakan, penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu juga akan membutuhkan system heterarki seperti di atas.
12. Kekuatan Pikiran
Sejarah
mencatat, orang berilmu selalu mendapatkan kedudukan social yang lebih
tinggi dan penting. Makin tinggi ilmu yang disandangnya, makin tinggi
dan penting kedudukan sosialnya. Sebaliknya, jika makin maju dan modern
suatu masyarakat, maka makin memberikan peluang bagi warganya untuk
meraih ilmu dan kedudukan yang lebih tinggi. Kekuatan dan kemampuan ilmu
dapat lebih cepat dan lebih dahsyat dari pada perkembangan pemikiran
penciptanya. Sering kali manusia yang menciptakannya terkejut dan
terjeran-heran menyaksikan dampak atau implikasi dan temuannya. Denis
Waetley, dalam Jamal Ma’mur Asmani mengatakan bahwa pengetahuan adalah
kekuasaan.
Persoalannya,
system pendidikan yang bagaimanakah yang mampu menghasilkan alumni yang
ilmuwan, cendekiawan, dan produktif dalam penemuan baru, tetapi tetap
menjadikan ilmunya sebagai system yang mengabdi kepada kehidupan bersama
dan kepada nilai-nilai kemanusiaan? Wawasan akademik yang bagaimana
yang harus kita kembangkan dalam system pendidikan kita?
B. Tantangan Internal
Selain
tantangan eksternal, tantangan internal pendidikan Indonesia adalah
kebijakan pemerintah yang masih belum progresif, baik Orde Lama, Orde
Baru, dan Orde Reformasi.
Pertama,
Orde Lama (1945-1965). System Pendidikan Nasional diselenggarakan
berdasarkan Undang-undang No. 4 Tahun 1950 dan dengan UU No. 12 Tahun
1945 yang menyatakan berlakunya UU No. 4 Tahun 1950 di seluruh Republik
Indonesia, selanjutnya dilengkapi dengan persetujuan parlemen, dan
beberapa Kepres yang mengiringinya untuk kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang levelnya instrumental dan operasional. Misalnya, inpres No. 8 Tahun
1955 tentang pedoman belajar di luar negeri, UU No. 8 Tahun 1990
tentang Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), PP No. 38 Tahun 1992
tentang Tenaga Kependidikan dan sebagainya.
Kedua, Orde
Baru, dari 1965-1998, System Pendidikan Nasional diselenggarakan
berdasarkan UU no. 2 Tahun 1989, dan diikuti dengan perraturan-peraturan
pemerintah pelaksanaannya seperti PP No. 27 tahun 1990 tentang
pendidikan pra sekolah, dan PP No. 28, 29, dan 60 Tahun 1990 bertutur
tentang pendidikan Pendidikan Dasar Menengah, dan Pendidikan Tinggi, dan
sebagainya.
Seiring
keadaan tersebut, UU No. 2 tahun 1989 yang merupakan produk Orde Baru,
juga semakin terasa ketidaksesuaiannya dengan tuntutan global. Dalam
pelaksanaan UU No. 2 Tahun 1989 sangat terasa:
Ø Setralisasi.
Kerja pendidikan diatur secara memusat, dari pusat sampai ke
pelosok-pelosok daerah yang sangat terpencil, meliputi kurikulum, metode
ajar, tenaga kependidikan, penilaian, ijazah, otoritas
penyelenggaraaannya, dana sarana, dan sebagainya.
Ø Tidak
demokratis. Adanya sekolah-sekolah negeri dan swasta yang berbeda
secara diskriminatif, meliputi dana, sarana, otoritas, dan pengakuan
terhadap ijazahnya. Baik buruknya sekolah swasta diakui dan ditentukan
oleh pemerintah, bukan oleh pasar dan pengguna jasa pendidikan, dan
sebagainya.
Ø Penyelenggaraan
lembaga-lembaga pendidikan dilaksanakan di bawah otoritas kekuasaan,
lengkap dengan otoritas administrasi berakurasi pemerintahan. Padahal,
pendidikan adalah kerja akademik dan bukan kerja perkantoran
pemerintahan. Tidak berbeda antara menyelenggarakan kantor camat atau
kelurahan dengan menyelenggarakan sekolah atau perguruan. Hal ini
berlaku untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Misalnya,
penyelenggarakan perguruan tinggi (PT).
Ketiga, Orde
Reformasi, dari 1997 sehingga sekarang. Bersamaan dengan terbongkarnya
kepalsuan rezim Orde Baru, orde Reformasi mengalami keguncangan politik
yang amat hebat. Hal itu disebabkan oleh “kran demokrasi” yang dibuka
terlalu lebar. Tampaknya pemimpin dan rakyat masih sama-sama belajar
berdemokrasi. Barang kali, mereka tidak menyadari bahwa demokrasi tidak
identik dengan kebebasan tanpa rambu-rambu. Ingat, demokrasi tidak akan
bermakna tanpa tegaknya sistem dan hukum serta tingginya
profesionalitas. System Pendidikan Nasional masih diatur berdasarkan UU
No. 2 Tahun 1989, yang semua pihak menilainya bahwa UU ini sudah harus
diganti dengan yang baru sesuai dengan tantangan global. Maka munculnya
UU No 20 Tahun 2003 dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang
maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Setiap
unit atau organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dalam
menjabarkan kegiatannya mengacu
pada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ditentukan
oleh pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
masukan dari masyarakat atau para pakar yang berkompeten dan kemudian
dirumuskan oleh pemerintah dan anggota DPR.
Disinilah
fungsi strategis lembaga pendidikan untuk merevitalisasi fungsinya
dalam membangkitkan potensi bangsa ke depan, mencetak kader-kader masa
depan andal yang dibutuhkan di era kompetisi terbuka, dan mengantisipasi
segala tantangan dengan langkah-langkah progresif dan produktif
sehingga dihormati bangsa-bangsa lain di dunia.
Melahirkan
“Habibi-Habibi” baru tantangan serius dunia pendidikan. Indonesia
sangat membutuhkan sosok teknolog kelas dunia yang mampu berkreasi dan
berjuan keras untuk kemajuan bangsa. Stok politisi dan ekonom kita sudah
over, sedangkan stok teknolognya sangat kurang. Stok teknolog inilah
yang harus diperbanyak agar mereka mampu mengelola kekayaan sember daya
alam secara efisien, produktif, dan akuntabel. Bukan terus menerus
menyerahkan kepada Negara asing
yang banyak kepentingan bisnisnya. Dengan mampu mengelola sendiri,
kemandirian bangsa ini semakin kuat dan posisi tawar menawarnya dengan
bangsa lain semakin tinggi. Bangsa ini tidak terus ditekan dan
ditentukan nasibnya oleh bangsa lain, tapi oleh dirinya sendiri dalam
mengembangkan aset-aset produktif bagi kemajuan dan kesejahteraan
bangsa.
Potret
pendidikan di atas, baik internal maupun eksternal, adalah tantangan
serius bagi insan pendidikan untuk mengubahnya menjadi peluang
berprestasi. Orang yang sukses adalah yang mampu mengubah tantangan
menjadi peluang meraih sukses. Oleh karena itu, semua insan pendidikan
seyogianya memandang tantangan pendidikan di atas sebagai starting point
melakukan langkah-langkah dinamis dan progresif dalam mengembangkan
diri seoptimal mungkin untuk mengejar ketertinggalan dan kemunduran.
Jangan berlaku putus asa, patah semangat, dan mundur teratur, sekali
kita mundur, maka kondisi pendidikan di negeri ini semakain amburadul
dan bangsa ini semakin tertindas.
Menurut
Ahmad Makki dalam Jamal Ma’mur Asmani, jika pendidikan dalam sebuah
bangsa sudah maju, niscaya akan maju pula bangsa itu. Sebaliknya ketika
pendidikan di suatu bangsa tidak berkembang, maka dapat dipastikan
bangsa akan terbelakang. Pada hakikatnya, pendidikan bertujuan
memfasilitasi pencapaian tujuan kehidupan manusia yang sesungguhnya.
Untuk itulah sekarang kita dituntut untuk dapat mengembangkan system
pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman global, dengan pendidikan
yang berperspektif global.
http://ichal-pendidikan.blogspot.com/2011/06/blog-post.html
TANTANGAN MASA DEPAN DALAM MEMPERSIAPKAN PENDIDIK BERKUALITAS
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan sektor sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Kegagalan
pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan
pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Pada
dunia pendidikan, hendaknya memperhatikan unsur pendidikan, yang
diantaranya: peserta didik, pendidik, software, manajemen, sarana dan prasarana dan stake holder.
Aset yang diperlukan dalam pendidikan adalah sumber daya manusia yang
bekualitas. Sumber daya yang berkualitas dapat berupa dari siswa,
masyarakat, maupun dari pendidik.
Pelaksanaan
suatu pendidikan mempunyai fungsi, antara lain: inisiasi, inovasi, dan
konservasi. Inisiasi merupakan fungsi pendidikan untuk memulai suatu
perubahan. Inovasi merupakan wahana untuk mencapai perubahan. Konservasi
berfungsi untuk menjaga nilai-nilai dasar. Oleh sebab itu, untuk
memperbaiki kehidupan suatu bangsa, harus dimulai penataan dari segala
aspek dalam pendidikan.
1 Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen pengelola Kepemimpinan Pendidikan Profesional, (2009)
|
Saat
ini dunia pendidikan nasional Indonesia berada dalam situasi “kritis”
baik dilihat dari sudut internal kepentingan pembangunan bangsa, maupun
secara eksternal dalam kaitan dengan kompetisi antar bangsa. Fakta
menunjukkan bahwa, kualitas pendidikan nasional masih rendah dan jauh
ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Berbagai kritikan
tajam yang berasal dari berbagai sudut pandang terus ditujukan kepada
dunia pendidikan nasional dengan berbagai alasan dan kepentingan. Bahkan
ada beberapa pihak yang menuding bahwa krisis Nasional sekarang ini
bersumber dari pendidikan dan lebih jauh ditudingkan sebagai kesalahan
guru. Benarkah ada unsur “salah” pada guru? Mungkin “ya” dan mungkin
“tidak” tergantung dari sudut mana memandang dan menilainya. Namun yang
pasti ialah bahwa kondisi guru saat ini bersumber dari pola-pola bangsa
ini memperlakukan guru. Meskipun diakui guru sebagai unsur penting dalam
pembangunan bangsa, namun secara ironis guru belum memperoleh
penghargaan yang wajar sesuai dengan martabat serta hak-hak azasinya.
Hal itu tercermin dari belum adanya jaminan kepastian dan perlindungan
bagi para guru dalam pelaksanaan tugas dan perolehan hak-haknya sebagai
pribadi, tenaga kependidikan, dan warga negara.
2 Ibid. hal 29
|
Sehubungan dengan itu bahasan berikut akan menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan meneropong tantangan pendidikan global, beberapa tantangan dan solusi masa depan pendidikan,
serta upaya membangun pendidikan guru yang ideal. Bahasannya baru
merupakan pikiran awal yang masih harus dikaji dan dikembangkan lebih
lanjut berdasarkan kajian sumber-sumber empiris dari berbagai penelitian
dan pengalaman nyata baik dalam maupun luar negeri. Dalam ketidak
sempurnaan ini ibarat setitik air di tengah samudra luas namun semoga
memberi manfaat dan sumbangsih bagi kaum guru dan dunia pendidikan pada
umumnya.
PENDIDIKAN MASA DEPAN DI INDONESIA
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah usaha yang berjalan secara terus
menurus untuk menjadikan manusia (masyarakat) mencapai taraf k emakmuran.
Pendidikan di Indonesia dilihat dari segi mutunya masih sangat
memprihatinkan. Baerkaca dari perkembangan teknologi dan informasi yang
menunutut kemampun sumber daya manusia yang mumpuni, pendidikan
sebagai sarana pengantar untuk pen yeimbang antara sumber daya manusia dan
kemajuan teknologi dan informasi sudah seharusnya memberikan pelayanan
maupun kontribusi yang tinggi.
Antara sistem pendidikan di Indonesia dan pendidikan di negara-
negara maju tidak bisa disamakan akan tetapi negara maju dijadikan sebagai
penyemangat karena masing-masing negara mempunyai kultur yang berbeda.
Pendidikan harus dibawa dalang ran gka meng optimalkan kemampuan peserta
didik untuk memiliki sifat kreatif, kritis dan tanggap terhadap permaslahan
kehidupan. UNESCO sebagai lembaga yang mengurusi masalah pendidikan di
bawah naungan PBB telah merumuskan empat pilar pendidikan dalam rangka
pelaksanaan pendidikan untuk masa sekarnag dan masa depan, pilar tersebut
adalah pilar (1) learning to Know (belajar untuk mengetahui), (2) learning to
do (belajar untuk melaku kan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk terampil
dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang),
dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
(5) learn how to learn (belajar men ggunakan metode yang tepat) dan yang
terakhir learning trou gho ut life (belajar sepanjang hayat).1
PENDIDIKAN MASA DE PAN DI INDONESIA
A. Pendidikan di indonesia
Proses belajar tidak hanya terbatas pada p endidikan formal, namun
Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjan g hayat2. Di Negara Indonesia pemerintah mewajibkan wajib belajar
sembilan tahun yaitu pendidikan enam tahun pada pendidikan dasar dan tiga
tahun pada pendidikan lanjutan tingkat pertama. Adapun tujuan secara u mum
pendidikan di indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaanWajib belajar yang ini ditekankan oleh pemerintah dengan
harapan mampu menghapus anggota masyarakat dari buta huruf dan
meningkatkan kecerdasan bangsa. Namun pada keyataan ya pemerintah belum
menjamin 100% masyarakatnya dapat merasakan pendidikan wajib belajar
meskipun pemerintah sudah mengan ggarkan biaya pendidikan dari APBN
sebesar 20% untuk pelaksanaan wajib belajar.
Belum lagi masalah diatas dapat terselesaikan, seiring d engan
perkembangan zaman yang ditandai dengan kemajuan dalam bidang teknologi
dan informasi, pendidikan di indonesia dihadapkan pada problem rendahnya
mutu pendidikan yang sudah ada. Lembaga pendidikan yan g ada kurang
mampu dalam membangkan k reatifitas dan intelektualitas para peserta
didiknya, sehin gga setiap tahunnya selalu adanya penambahan pen gangguran
dalam dunia kerja, hal ini terjadi karena lembaga pendidikan dengan d unia
kerja berjalan sendiri-sendiri sehingga keilmuan yang diperoleh kurang sesuai
dengan dunia kerja, misalpun ada dari beberapa yang sudah sesuai akan tetapi
pemban gunan jiwa kreatif masih sangat minim sehingga tatkala dihadapkan
dengan realitas terjadi adanya kebingungan yang dahsyat.
B. Pendidikan masa depan
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap masyarakat
membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.
Pendidikan memiliki peranan yan g sangat penting artinya, sebab tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang yang
berujung p ada keterpuru kan. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul
diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing,
di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagai mana yang tercantum
dalam UU No. 20 tah un 2003 bahwa pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarak at melalui peran serta d alam pen yelen ggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan3. Dari prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan nilai kulturan, nilai
keagamaan dan semua k ompenen masyarakat tanpa adanya diskriminatif.
Namun menurut pemakalah pendidikan yang perlu diterapkan di
Indon esia selain mencangkup empat pilar yang canangkan UNESCO yaitu
learning to know, learning todo, learnin g to be dan learning to live together,
learn how to learn dan learning troughout life.4 Penyelenggaraan pendidikan
yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional harus
lebih mementingkan aspek moral. Penekanan terhadap moral dipandan g perlu
karena dengan sikap kreatif dan profesional saja bangsa ini akan hancur, hal ini
dapat dilihat pada keterpurukan moral para wakil rakyat yang korupsi sampai
trilyunan rupiah. Untuk mewujudkan pendidikan diatas pemerintah melalui
pihak terkait harus lebih tegas dalam menangani terhadap penyimpangan-
penyimpangan yang ada, terutama terhadap pembiayaan pendidikan dan proses
pendidikan baik mulai dari perencanaan, kegiatan pembelajaran, evaluasi dan
tindak lanjutnya. Pemerintah juga berani menanggung biaya pendidikan
minimal pendidikan wajib belajar dengan pemenuhan segala keperluan yang
menunjang terhadap keb erlan gsungan proses pendidikan.
Dengan demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan
harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan
profesional serta sikap, kepribadian dan moral manusia Indon esia pada
umumnya, sehingga antara pendidikan dan dunia kerja terjadi ad anya
kesesuaian kebutuhan yuang diperlukan. Dengan kemampuan sikap
profesional, kreatif diharapkan dapat mengurangi pengan ggu ran yang setiap
tahunnya meningkat, dengan memiliki sikap/moral yan g tinggi mampu untuk
hidup bersama dan tolong menolong, bukan saling menggunakn
keprofesionalannya untuk membodohi yan g lebih bodoh, dan tentunya apabila
program diatas berjalan secara baik dan benar mutu pendidikan semakin terus
membaik.
KESIMPULAN
Pendidikan berjalan sepang h ayat masyarakat, dengan menekankan
sikap kreatif, kritis, tanggap terhad ap permasalahan lingkungan dan memiliki
nilai moral yang tinggi. Selain itu pendidikan tidak terlepas dari kultur bangsa
sebagai karakter, dan tentunya adan ya kesesuaian antara tujuan pendidikan dan
kebutuhan sumber daya manusia yang diperlukan di masyarakat.
Pemerintah sebagai salah satu tonggak pelaksanaan pendidikan sudah
menjadi kewajiban ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pelayanan pendid ikan
sebagaimana tercantum dalam UU Dasar 45 yaitu mencerdask an kehidupan
bangsa. Pendidikan di Indonesia untuk masa depan selain mengedepankan
aspek intelektualitas juga menekankan aspek kesadaran moral sebagai
penyeimbang tatkala seorang peserta didik berinteraksi langsung baik dengan
pendidik atau masyarakat umum.
Pentingnya Pendidikan Untuk Masa Depan
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang
hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia
berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan
sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus
betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Tujuan pendidikan yang kita harapkan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga
negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas,
aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis,
dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.
Empat pilar pendidikan sekarang dan masa
depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga
pendidikan formal, yaitu:
1.
learning
to Know (belajar untuk mengetahui)
2.
learning
to do
(belajar untuk melakukan sesuatu)
dalam hal ini kita dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu,
3.
learning
to be (belajar untuk menjadi seseorang)
4.
learning
to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Dalam
rangka merealisasikan `learning to know`, Guru seyogyanya berfungsi sebagai
fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman
sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan
maupun ilmu tertentu. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan
bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan
keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan
minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat
dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk
menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada
penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.
Pendidikan sangat berperan penting
dalam kehidupan kitadan masa depan kita, beberapa hal yang terpenting dimasa
depan adalah sebagai berikut :
a.
Kemampuan
ekonomi
Hal itu
penting dalam masa depan seseorang agar hidup kita ini menjadi tidak serba
kekurangan dan bisa beradaptasi dengan suasana dunia yang serba modern ini.
b.
Kepuasan
hati
Merupakan
hal yang masuk kedalam hal yang terpenting bagi masa depan karena kepuasan hati
erat kaitannya dengan kemantapan iman seseorang kepada tuhan yang maha Esa,
jika sudah sampai pada tingkatan ini, hidup seseorang karena situasi apaun yang
terjadi akan dihadapinyadengan hati yang lapang pada alirannya, masalah-masalah
akan cepat terselesaikan.
c.
Kesehatan
Kesehatan merupakan
hal yang penting dalam Bagi masa depan, karena dengan kesehatan raga maupun
jiwa semua yang ada dihadapan kita apapun itu antara halangan atau yang lainnya
untuk Bagi masa depan akan bisa ditempuh dengan baik dengan disertai do’a.
d.
Jabatan/statis
social
Jabatan/Statis
Social yaitu penting dalam hidup kita karena dengan jabatan kita bisa dikenal
oleh masyarakat, seperti kita menjadi seorang gurudi madrasah, itu akan lebih
dikenal oleh masyarakat dan bisa juga lewat mendidik murid-murid akan mendapat
pahala dan uang.
e.
Keharmonisan
keluarga
keluarga
adalah lingkungan yang paling kecil bagi semua yang ada di dalam keluarga
tersebut, keharmonisan keluarga sangat penting bagi masa depan agar saat ada
masalah bisa dilumpuhkan dengan bicara dengan halus-halus untuk mencari solusi
masalah tersebut. Kapan ada masalah dalam keluarga dan keluarga itu tidak
harmonis akibatnya akan menghambat jalan kemasa depan yang lebih baik.
f.
Keahlian
kreatifitas
seseorang bisa bisa dijadikan pekerjaan dan bisa menghasilkan uangseperti daur
ulang dari sampah bisa menjadi apa yang diinginkan dengan keahlian, mendaur
ulang sampah bisa menjadi masa depan yang cerah
bagi dirinya sendiri ataupun bagi Negara yang di tempati. Dan yang
terakhir bisa dikenal dengan jaminan hidup dimasa depan.
Sebagai
manusia, kita harus mempunyai pandangan untuk hidup bagi diri kita sendiri dan
keluarga nantinya di hari tua. Pendidikan merupakan suatu pegangan hidup bagi
manusia agar nantinya kita tidak kesulitan menghadapi masa yang semakin merak
dengan teknologi canggih yang bisa merubah isi fikiran kita, kita tidak bisa
hidup tanpa adanya orang lain di samping kita ,akanya manusia disebut mahkluk
social yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain dan ekonomi berperan penting dalam hidup
kita, dengan ekonomi yang standart kita bisa hidup dengan enak.
Masa
depan adalah masa yang menentuka kita untuk menjadi lebih melarat atau cerah,
jadi peran pendidikan dalam masa depan kita sangat penting.Masa depan yang
cerah akan membuat hidup kita nyaman dan tidak akan menjadi orang yag
melarat,hidup seseoarang yang melarat adalah orang yang tidak mempunyai masa
depan yang cerah.J adi pendidikan dan masa depan yang cerah sngat penting dalam
hidup kita.
Dengan
demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada
peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap,
kepribadian dan moral manusia Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan
sikap manusia Indonesia yang demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara
bermartabat di masyarakat dunia di era globalisasi ini.
Sumber:
http://anzpaulwalker007.blogspot.com/
Langganan:
Postingan (Atom)