KOMPAS.com - Dua rektor perguruan tinggi dipercaya 
mengelola pendidikan dasar menengah dan tinggi di Tanah Air. Kini 
saatnya mereka mewujudkan janji Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf 
Kalla di bidang pembangunan manusia ketika berkampanye dulu.
Pengumuman
 Kabinet Kerja oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) membawa perubahan 
besar dalam dunia pendidikan. Akhirnya, Presiden memutuskan pendidikan 
tinggi dilepaskan dari kementerian yang mengelola pendidikan dasar, 
menengah, dan kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi akan 
”boyongan” ke Kementerian Riset dan Teknologi sehingga nomenklaturnya 
berubah menjadi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi 
(Ristek dan Dikti).
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan 
dipercaya menjabat Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah. 
Adapun Rektor Universitas Diponegoro (yang baru terpilih dan akan 
dilantik sebagai rektor pada Desember 2014), M Nasir, dilantik sebagai 
Menteri Ristek dan Dikti. Di bahu Anies Baswedan dan M Nasir harapan 
terhadap pembangunan manusia Indonesia dibebankan.
Kini, mumpung 
masih segar, merupakan saat yang tepat untuk mengingat janji Jokowi 
ketika berkampanye dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Hal itu mesti
 diwujudkan oleh Anies dan M Nasir selaku pemegang kendali birokrasi di 
bidang pendidikan-kebudayaan.
Kepada para menteri barunya, Jokowi
 berkata, tidak ada istilah visi-misi kementerian, yang ada ialah 
visi-misi presiden. ”Daftar komitmen” Joko Widodo dalam visi-misinya 
ketika merebut hati rakyat cukup panjang. Terkait dengan pendidikan 
sebagai pembentuk karakter bangsa, Jokowi antara lain menjanjikan 
penataan kembali kurikulum pendidikan nasional yang mengedepankan aspek 
pendidikan kewarganegaraan dan menempatkan secara proporsional 
pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotis dan cinta 
Tanah Air, semangat bela negara, serta budi pekerti. Jokowi juga 
menjanjikan biaya pendidikan terjangkau bagi seluruh warga negara.
Adapun visi-misi di bidang kebudayaan, Jokowi akan memperteguh kebinekaan Indonesia dan memperkuat restorasi sosial.
Kabinet Kerja
Kabinet
 Kerja Jokowi, terutama dalam mewujudkan visi-misi bidang pendidikan dan
 kebudayaan, akan bekerja dalam latar krusial, yakni pasar bebas 
regional Masyarakat Ekonomi ASEAN. Bersamaan dengan itu, peluang 
pemanfaatan bonus demografi kian mengecil.
Akhir tahun depan, 
Indonesia dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN yang menuntut 
kekuatan daya saing manusia. Dalam tataran praktis, Kementerian 
Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah mesti dapat mengantisipasi 
tantangan itu. Perbaikan mendasar dan strategis pendidikan tentu akan 
dapat mengungkit kualitas manusia Indonesia. Sejumlah komitmen bidang 
pendidikan, seperti perbaikan kualitas guru, akses pendidikan, dan 
peningkatan fasilitas, telah di jalurnya.
Demikian pula dalam 
bidang kebudayaan. Pasar bebas akan berdampak pada identitas, nilai- 
nilai, dan karakter bangsa. Perkuatan kebinekaan dan pembangunan modal 
sosial akan bermakna banyak jika benar-benar dilaksanakan.
Bonus demografi
Kesempatan
 memanfaatkan bonus demografi juga sangat tergantung keberhasilan 
menteri pendidikan sekarang. Puncak bonus demografi akan terjadi pada 
tahun 2028-2031. Itu berarti hanya tersisa 14 tahun untuk menyiapkan 
manusia Indonesia yang produktif dan menyediakan lapangan kerja yang 
memadai agar bonus demografi tidak berubah menjadi malapetaka demografi 
(Kompas, Selasa, 26 Agustus 2014). Waktu yang tersisa itu dimulai dari 
sekarang. Pemanfaatan bonus demografi sangat tergantung pada pembangunan
 kualitas pendidikan secara mendasar dan saat ini.
Dalam 
mewujudkan komitmen di tengah latar Masyarakat Ekonomi ASEAN dan bonus 
demografi dibutuhkan keandalan manajemen pendidikan. Tak cukup hanya 
bagus dalam tataran konsep, tetapi juga mesti lihai dalam eksekusi 
program dan manajemen.
Banyak kebijakan terjungkal dalam tahapan 
eksekusi. Contoh kasus paling baru ialah Kurikulum 2013. Model 
pembelajaran discovery learning yang dianut kurikulum itu semestinya 
dapat membawa perubahan mendasar dan positif. Namun, pelaksanaan 
kurikulum yang serba terburu- buru, dan berbagai kekacauan di lapangan, 
seperti terlambatnya buku pelajaran tiba di sekolah, pelatihan guru yang
 terlambat, dan ketimpangan sarana di lapangan, menyulitkan penerapan 
kurikulum baru.
Perencanaan anggaran pendidikan juga penting. 
Selama ini, besarnya anggaran pendidikan belum berdampak banyak pada 
kualitas. Pada 2015, misalnya, dari Rp 409 triliun anggaran pendidikan, 
sekitar 50 persen masih terserap untuk gaji guru.
Pada akhirnya, 
untuk mewujudkan janji-janji itu, Menteri Kebudayaan dan Pendidikan 
Dasar Menengah serta Menteri Ristek dan Dikti yang baru harus kerja, 
kerja, dan kerja. Jadi, selamat bekerja! (Indira Permanasari)
Rabu, 29 Oktober 2014
pengajuan MENDIKBUD
                Tue, 10/28/2014 - 12:25
  
Sumpah 
pemuda pada 28 Oktober 1928, merupakan kesadaran dan aksi bersama yang 
dilakukan oleh kaum muda terhadap apa yang telah mereka rasakan pada 
saat itu, dan yang mereka inginkan untuk Indonesia masa depan.
                Tue, 10/28/2014 - 14:26
  
Menteri
 Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, meninjau 
lingkungan kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), 
selepas memimpin upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda, Selasa 
(28/10/2014) di Kantor Kemendikbud.
mengenal SI EINSTEIN
Albert Einsten adalah seorang jenius yang paling dikenal dalam dunia 
ilmu pengetahuan. Ia paling dikenal dengan teori relativitas. Ia juga 
pernah memenangkan hadiah nobel berkat penemuannya atas partikel foton. 
Sampai saat ini, ia masih dianggap sebagai manusia dengan IQ tertinggi 
di dunia yaitu dengan skor 160 (skor maksimal berdasarkan metode Mensa) 
bersama Stephen Hawking.
Banyak sisi menarik dalam kehidupannya yang amat jarang diketahui publik hingga saat ini, diantaranya:
 
1. Tidak pernah memakai kaus kaki
Ini benar-benar suatu fakta konyol. Albert Einstein tidak pernah memakai kaus kaki seumur hidupnya dengan alasan bahwa kaus kaki suatu saat akan berlubang. “Mengapa harus memakai kaus kaki dan sepatu secara bersamaan kalau keduanya akan baik-baik saja?”, ujarnya pada suatu waktu. Sungguh orang jenius memang ada benarnya kalau sering disebut sinting.
2. Einstein menolak jabatan Perdana Menteri Israel
Pada 9 November 1952, setelah kematian Chaim Weizman, Presiden Israel yang pertama. Einstein ditawari jabatan Perdana Menteri oleh Pemerintah Israel, tetapi dia menolak tawaran tersebut secara halus. Alasannya, dirinya terlalu tua dan tidak cukup berpengalaman (lebih tepatnya ia tidak merasa kompeten dalam dunia politik). Mengapa Einstein sampai ditawari jabatan sebagai PM Israel? Sebab Einstein merupakan seorang Yahudi yang sangat populer dan amat dihormati di penjuru dunia.
3. Memiliki anak di luar nikah
Menurut penelitian terbaru, Einstein memiliki hubungan intim dengan kekasihnya, Mileva Maric yang berasal dari Serbia pada akhir 1890.
Sebelum mereka menikah, Maric mendapati dirinya hamil dan mereka memutuskan untuk menyembunyikan anaknya. Einstein dan Maric menikah satu tahun kemudian setelah Einstein mendapat pekerjaan.
 
4. Einstein dan kulkas
Banyak yang berpikir bahwa Einstein hanyalah seorang ilmuwan teori tapi sesungguhnya ia memiliki banyak pengetahuan dan keahlian dalam hal ilmu pengetahuan praktikal. Menurut beberapa studi, Einstein-lah yang pertama menemukan (sistem kerja) kulkas setelah menulis Teori Relativitas yang terkenal. Sayangnya penemuannya ini tidak pernah masuk ke produksi sehingga tidak pernah ada yang mengenalnya sebagai penemu kulkas.
 
5. Einstein tidak lulus ujian sekolah
Apabila ada seseorang yang tidak lulus dalam ujian sekolah, maka serta merta kita akan menganggapnya sebagai seorang yang bodoh. Tapi percayakah Anda, bahwa Eisntein termasuk juga dalam golongan tersebut. Einstein tidak lulus ujian masuk sekolah karena gagal dalam pelajaran bahasa dan budaya, namun dia malah dikenal sebagai seorang ilmuwan yang luar biasa jenius dan menjadi salah satu sosok paling terkenal dalam sejarah dunia.
(PBS, Wikipedia, Article Wave)
Banyak sisi menarik dalam kehidupannya yang amat jarang diketahui publik hingga saat ini, diantaranya:
1. Tidak pernah memakai kaus kaki
Ini benar-benar suatu fakta konyol. Albert Einstein tidak pernah memakai kaus kaki seumur hidupnya dengan alasan bahwa kaus kaki suatu saat akan berlubang. “Mengapa harus memakai kaus kaki dan sepatu secara bersamaan kalau keduanya akan baik-baik saja?”, ujarnya pada suatu waktu. Sungguh orang jenius memang ada benarnya kalau sering disebut sinting.
2. Einstein menolak jabatan Perdana Menteri Israel
Pada 9 November 1952, setelah kematian Chaim Weizman, Presiden Israel yang pertama. Einstein ditawari jabatan Perdana Menteri oleh Pemerintah Israel, tetapi dia menolak tawaran tersebut secara halus. Alasannya, dirinya terlalu tua dan tidak cukup berpengalaman (lebih tepatnya ia tidak merasa kompeten dalam dunia politik). Mengapa Einstein sampai ditawari jabatan sebagai PM Israel? Sebab Einstein merupakan seorang Yahudi yang sangat populer dan amat dihormati di penjuru dunia.
3. Memiliki anak di luar nikah
Menurut penelitian terbaru, Einstein memiliki hubungan intim dengan kekasihnya, Mileva Maric yang berasal dari Serbia pada akhir 1890.
Mileva Maric (kiri), kekasih yang kemudian menjadi istri Einstein
Sebelum mereka menikah, Maric mendapati dirinya hamil dan mereka memutuskan untuk menyembunyikan anaknya. Einstein dan Maric menikah satu tahun kemudian setelah Einstein mendapat pekerjaan.
4. Einstein dan kulkas
Banyak yang berpikir bahwa Einstein hanyalah seorang ilmuwan teori tapi sesungguhnya ia memiliki banyak pengetahuan dan keahlian dalam hal ilmu pengetahuan praktikal. Menurut beberapa studi, Einstein-lah yang pertama menemukan (sistem kerja) kulkas setelah menulis Teori Relativitas yang terkenal. Sayangnya penemuannya ini tidak pernah masuk ke produksi sehingga tidak pernah ada yang mengenalnya sebagai penemu kulkas.
5. Einstein tidak lulus ujian sekolah
Apabila ada seseorang yang tidak lulus dalam ujian sekolah, maka serta merta kita akan menganggapnya sebagai seorang yang bodoh. Tapi percayakah Anda, bahwa Eisntein termasuk juga dalam golongan tersebut. Einstein tidak lulus ujian masuk sekolah karena gagal dalam pelajaran bahasa dan budaya, namun dia malah dikenal sebagai seorang ilmuwan yang luar biasa jenius dan menjadi salah satu sosok paling terkenal dalam sejarah dunia.
(PBS, Wikipedia, Article Wave)
MENGENAL ALBERT EINSTEIN
 | 
   |
Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Michael H. Hart, 1978 Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982 PT. Dunia Pustaka Jaya Jln. Kramat II, No. 31A Jakarta Pusat ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota Please direct any suggestion to Media Team  | 
   
MENEROPONG TANTANGAN PENDIDIKAN GLOBAL
Dunia
 yang semakin mengglobal sekarang ini, bergerak dan berubah semakin 
cepat dan kompetitif. Semua bidang mengalami pergeseran dan tantangan, 
termasuk lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan menghadapi tantangan 
serius untuk mampu mengikuti sekaligus berada digarda depan perubahan 
global tersebut. Kalau tidak mampu menjawabnya, maka lembaga pendidikan 
tidak akan berwibawa di hadapan roda dinamika zaman yang berjalan dengan
 cepat. Bahkan, lembaga pendidikan akan dianggap tidak mampu 
mengantisipasi realitas kekinian yang terjadi.
Karena
 itu, tidak ada waktu santai bagi dunia pendidikan dalam merespon secara
 cepat perubahan global tersebut. Ia harus mendinamisasi diri secara 
massif dan akseleratif agar mampu mengejar ketertinggalan dan mampu 
memimpin perubahan masa depan yang meniscayakan kreativitas tinggi, 
produktivitas memadai, dan daya jangkau yang mendunia. Reformasi 
besar-besaran harus segera dilakukan lembaga pendidikan jika tetap ingin
 survive dan memenangkan 
kompetensi terbuka. Infra dan supra struktur harus dilengkapi, 
didefinisikan ulang, dan diorientasikan ulang secara efektif, baik 
konsep maupun implementasinya.
|       
1 Lihat     kompas, tanggal 20/4/2009 
 |     
Kalau
 realitasnya seperti ini, kapan bangsa ini bisa sejajar dengan 
bangsa-bangsa yang maju. Jika sumber daya manusia yang cerdas dan 
kreatif diangkut ke negeri asing dan dijadikan tenaga professional di 
negeri mereka, maka yang tersisa di negeri ini tentu kader-kader muda 
yang rendah kualitasnya, kurang percaya diri menghadapi perubahan, dan 
malas belajar. Kedepan bangsa ini menjadi bangsa yang miskin dan 
terbelakang, menjadi budak di negeri sendiri, tanahnya menjadi rebutan 
investor asing dan kesejahteraan semakin jauh dari harapan.
Disinilah
 urgensi lembaga pendidikan meneropong tantangan-tantangan dunia dengan 
kecepatan tinggi, mendeskripsikannya secara detail, menyiapkan 
langkah-langkah terukur dan sistematis, dan berjuang mewujudkan mimpi 
besar sebagai Negara yang melek ilmu pengetahuan dan teknologi. 
Murid-murid berprestasi diperhatikan dengan serius, diberikan beasiswa 
penuh untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi di berbagai 
perguruan tinggi, baik di dalam dan luar negeri, dan memberikan prospek 
pekerjaan cerah sesuai dengan bidang keahliannya. dari sinilah, pelan 
tapi pasti, bangsa ini akan mengalami perkembangan signifikan dalam 
penguasaan iptek. Intinya semua berawal dari penataan lembaga pendidikan
 yang efektif yang melahirkan aktor-aktor  genius masa depan yang kreatif.
Dengan
 demikian, pendidikan harus memberikan hal-hal yang terkait dengan 
pertumbuhan, perubahan, pembaharuan, dan juga hal-hal yang terus 
berlangsung. Karena hidup terus berlangsung, maka menangani pendidikan 
sebetulnya sama dengan menangani masa depan, me-manage masa depan. Oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus diperbaharui, dipertegas, dan dipertajam.
Menjemput
 masa depan yang cerah membutuhkan sebuah proses yang cukup serius. Di 
situlah peran seorang pendidik untuk mengondisikan peserta didik, baik 
di tengah keluarga, masyarakat, ataupun secara formal sekolah. Sehingga,
 sekarang orang pun tidak terlalu memilah-milah antara pendidikan 
disekolah dan pendidikan di rumah yang merupakan terminology pendidikan 
klasik yang formal. Oleh karena itu, pendidikan tidak akan pernah 
berakhir. Long life education.
Sayang,
 di tengah pusaran perubahan dahsyat sekarang ini, tantangan pendidikan 
semakin kompleks. Setiap insan pendidikan dituntut untuk merumuskan 
tantangan tersebut dan menjawabnya dengan ide-ide segar yang solutif dan
 aplikatif. Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed memotret tentang tantangan lembaga 
pendidikan dalam dua kategori, yaitu tantangan eksternal dan internal.
A.    Tantangan eksternal
Tantangan eksternal yang dirasakan dunia pendidikan saat ini antara lain:
1.      Globalisasi
Globalisasi
 sering diterjemahkan dengan istilah mendunia. Suatu entitas, betapa pun
 kecilnya, disampaikan oleh siapa pun, di mana pun dan kapan pun, akan 
dengan cepat menyebar ke seluruh pelosok dunia, baik berupa ide, 
gagasan, data, informasi, produksi, pembangunan, sabotase, dan 
sebagainya; begitu disampaikan, saat ini pula diketahui oleh semua orang
 di seluruh dunia.
Globalisasi,
 selain menghadirkan peluang positif, juga dapat menghadirkan peluang 
negatif, yaitu menimbulkan keresahan, penderitaan, dan penyesatan. Dalam
 globalisasi terjadi “banjir pilihan dan peluang”, terserah kemampuan 
seseorang untuk memilikinya. Dalam ranah pendidikan, mampukah kita 
menciptakan dan mengembangkan system pendidikan yang menghasilkan 
lulusan-lulusan yang “mampu memilih” tanpa kehilangan peluang dan jati 
diri kita?
2.      Kompleksitas
|       
2     Lihat Prof. Dr. mastuhu, M.Ed ,     memotret tentang tantangan lembaga pendidikan dalam dua kategori, yaitu     tantangan  eksternal dan internal, Menata Ulang Pemikiran Sistem     Pendidikan Nasional dalam Abad 21 (2003) 
 |     
Dalam
 zaman modern, tidak ada yang tetap kecuali perubahan. Masalahnya, 
mampukah kita menyambut dan bermain dengan perubahan sebagai peraturan 
yang tidak terhindarkan, tanpa kita diatur atau didikte oleh perubahan?
3.      Turbulence
Turbulence
 adalah suatu daya atau kekuatan yang dahsyat bagaikan membangunkan 
harimau tidur di tengah-tengah system kehidupan yang berjalan rutin, 
normal dan damai. Turbulence
 berasal dari istilah yang menggambarkan kekuatan dahsyat dari tengah 
mesin seperti “mesin turbo” untuk menggambarkan menggambarkan kekuatan 
mobil yang berkemampuan tinggi. Hasil dari Turbulence adalah daya ledak atau daya ubah yang luar biasa, memporak-porandakan system peluang emas bagi para pelaku system.
Masalahnya,
 system pendidikan yang bagaimanakah yang mampu mengantar anak didik 
untuk tidak mudah “terkejut”, “terheran-heran”, dan mudah “collapse” atau jatuh, dan putus asa, tetapi mampu bangkit kembali dengan lebih segar, penuh semangat dan percaya diri?
4.      Dinamika
Inti
 pengertian dinamika adalah perubahan. Suka atau tidak suka, kita harus 
menyambut perubahan. Paradigma baru dalam memandang dinamika adalah 
makin dinamis sesuatu, ia makin stabil, dan stabilitas yang makin kokoh 
akan semakin menjamin dinamika tinggi pula bagaikan “gangsing” yang 
berputar cepat, makin cepat perputaran, makin stabil keseimbangannya. 
Sebaliknya, makin lambat perputaran atau gerakannya, makin tidak stabil 
dan akhirnya jatuh. Tetapi masalahnya adalah gerakan dinamika yang 
semakin tinggi juga membuka peluang benturan antara berbagai komponen 
atau mata rantai elemen yang menjadi unsur-unsur dari system yang 
bersangkutan, dan terbuka peluang catastrophes (kecelakaan atau kegagalan).
Kiat
 baru dari manajemen modern adalah kegagalan suatu system justru 
ditentukan oleh mata rantai yang paling rendah dinamikanya. Factor utama
 yang menentukan tinggi rendahnya dinamika adalah sumber daya manusia, 
ilmu, teknologi, dan telekomunikasi. Dari segi pendidikan, mampukah kita
 mengembangkan system pendidikan yang dapat membawa anak didik mampu 
mengembangkan model dinamika dalam kesatuannya dengan stabilitas agar 
tujuan pembangunan dapat tercapai?
5.      Akselerasi
Akselerasi
 adalah gerak naik atau gerak maju yang dalam era informasi hal itu 
adalah perubahan, dengan kata-kata kunci akselerasi cepat dan meningkat;
 di dalam dunia bisnis, faktor kunci yang menentukan sukses adalah 
kompetisi. Dari sudut pandang ini, mampukah sistem pendidikan membawa 
anak didik menyadari pentingnya waktu dan manfaatnya?
6.      Keberlanjutan dari Kuno Menuju modern
Ada suatu kenyataan bahwa yang modern tidak begitu saja lahir dan mengada atau exist
 tanpa yang tradisional. Sebaiknya, yang tradisional hanya akan menjadi 
dongeng masa lalu tanpa diinjeksi dengan temuan, nilai, pemikiran, 
semangat, dan harapan baru. Dalam zaman modern ini, orang dituntut untuk
 tetap melestarikan nilai-nilai lama, yang luhur yang bermoral dan 
seterusnya, sekalipun dari dimensi teknokratiknya terdapat hal-hal 
tertentu yang harus sudah ditinggalkan karena sudah tidak cocok lagi 
dengan masalah yang dihadapi dengan tetap bersumber pada nilai-nilai 
luhur (moral) dari ajaran agama dan nilai kemanusiaan yang terus 
berkembang dalam budaya dan pandangan hidup bangsa. Kata-kata kunci 
untuk menyambut yang kuno dan yang modern adalah tetap dalam perubahan, 
bahkan mengantisipasinya, dan menyadari sepenuhnya bahwa 
perubahan-perubahan yang bergerak maju dan semakin cepat itu tidak 
selalu bergerak linear menurut hukum sebab akibat dan dapat diprediksi.
7.      Konektivitas
Dalam
 zaman modern ini, tidak ada satu entitas yang mampu berdiri sendiri. 
Semuanya terkoneksi antara satu dengan yang lain dalam suatu jaringan 
kerja. Koneksitas bukan hanya sekedar jaringan kerja computer dan 
jaringan global, melainkan suatu fenomena di mana suatu entitas dari 
suatu kemajuan teknologi dapat masuk ke dalam suatu jaringan kerja 
global. Saat ini, kita sulit mengisolasi diri tetap dalam kehidupan 
alami tanpa terkontaminasi oleh kehidupan modern yang penuh dengan 
rekayasa dan barang pengawet.
8.      Konvergensi
Konvergensi
 muncul bila dua system yang berbeda bergerak menuju satu titik temu 
atau suatu pola tanpa meleburkan diri ke dalam satu system. Namun, 
berkat teknologi yang semakin canggih dapat diperoleh model baru yang 
lebih efektif, produktif, efisien, murah, dan dengan kualitas yang lebih
 baik. Dalam era informasi global, terjadi konvergensi yang membawa 
benturan ide, tradisi, system, dan sebagainya. Dari silang pendapat ini 
kemudian terdapat nilai-nilai baru yang secara universal dapat diterima 
oleh semua pihak, disamping tetap menyisakan nilai-nilai lama yang 
berbeda.
Dengan demikian, core
 konvergensi dalam abad ke-21 adalah lahirnya entitas baru yang 
merupakan tuntutan global, yang menyebar dengan lebih cepat, murah, 
tepat/benar, praktis, dapat diterima secara universal, serta memiliki 
keguanaan berkali lipat, tanpa meleburkan diri ke dalam sistem-sistem 
yang baru.
9.      Konsolidasi
Di
 era global, terdapat kecenderungan dari berbagai subsistem yang tadinya
 independen kemudian mengadakan konsolidasi ke dalam kesatuan unit atau blok
 yang lebih besar sekaligus dengan strategi baru untuk mendapatkan hasil
 yang lebih baik. Kebutuhan untuk melakukan konsolidasi tidak terbatas 
pada bidang bisnis saja, tetapi juga pada semua bidang, termasuk bidang 
agama.
10.  Rasionalisasi
Semua
 system dalam era globalisasi cenderung berpikir ulang dan mengevaluasi 
kembali alat-alat dan strateginya agar lebih efektif, efisien, dan 
produktif dalam mencapai tujuannya. Sering kali hal itu dilakukan dengan
 men-setting ulang atau merumuskan kembali tujuan yang ingin dicapai 
atau meredefinisikan visi, misi, orientasasi, tujuan, strategi, alat, 
SDM-nya, dan sebagainya; demi tercapainya cita-cita yang dituju.
11.  Paradoks Global
Paradoks
 global benar-benar telah membudaya dalam tata kehidupan modern di abad 
ke-21. Paradoks merupakan suatu perumusan atau pernyataan yang absurd,
 membingungkan karena tampak bertentangan. Sebab, di dalamnya berisi dua
 entitas yang saling bertentangan satu sama lain, tetapi dikemas dalam 
satu perumusan atau satu pernyataan. Meski demikian, paradoks tetap 
abash dan dibenarkan, misalnya “ lebih sedikit adalah lebih banyak”. 
Pernyataan tersebut berasal dari bidang arsitektur yang maksudnya adalah
 makin sedikit anda mengacaukan suatu gedung dengan hiasan, makin anggun
 gedung dimaksud.
            Paradoks
 merupakan keniscayaan yang tidak terhindarkan dalam kehidupan. Tetapi, 
paradoks dalam kehidupan modern terasa lebih menggugah dan mendorong 
untuk berpikir lebih tajam dan cerdik. Misalnya semakin kecil, semakin 
besar. Maksudnya, seperti telepon genggam, makin kecil, makin praktis, 
tetapi jangkauannya semakin besar dan beragam. “ semakin besar ekonomi 
dunia, semakin kuat pula para pemain terkecilnya”.  Maksudnya,
 perusahan-perusahan raksasa, tunggal, dan memusat cenderung stagnan 
dalam memperoleh keuntungan. Karena itu mereka mengubah diri dalam 
system hierarchy (sentralistis) menjadi system heterarki,
 otonom, reformasi (desentralisasi), yaitu dengan memperbanyak pusat 
kekuatan otonom dengan memperbanyak pusat kekuasaan otonom dengan 
menggunakan beratus-ratus stasiun kera on-line
 di seluruh penjuru dunia dengan hanya ditangani oleh beberapa orang 
saja yang dapat dihitung dengan jari tetapi menggunakan alat informasi 
komunikasi yang amat canggih. Diperkirakan, penyelenggaraan pendidikan 
yang bermutu juga akan membutuhkan system heterarki seperti di atas.
12.  Kekuatan Pikiran
Sejarah
 mencatat, orang berilmu selalu mendapatkan kedudukan social yang lebih 
tinggi dan penting. Makin tinggi ilmu yang disandangnya, makin tinggi 
dan penting kedudukan sosialnya. Sebaliknya, jika makin maju dan modern 
suatu masyarakat, maka makin memberikan peluang bagi warganya untuk 
meraih ilmu dan kedudukan yang lebih tinggi. Kekuatan dan kemampuan ilmu
 dapat lebih cepat dan lebih dahsyat dari pada perkembangan pemikiran 
penciptanya. Sering kali manusia yang menciptakannya terkejut dan 
terjeran-heran menyaksikan dampak atau implikasi dan temuannya. Denis 
Waetley, dalam Jamal Ma’mur Asmani mengatakan bahwa pengetahuan adalah 
kekuasaan.
Persoalannya,
 system pendidikan yang bagaimanakah yang mampu menghasilkan alumni yang
 ilmuwan, cendekiawan, dan produktif dalam penemuan baru, tetapi tetap 
menjadikan ilmunya sebagai system yang mengabdi kepada kehidupan bersama
 dan kepada nilai-nilai kemanusiaan? Wawasan akademik yang bagaimana 
yang harus kita kembangkan dalam system pendidikan kita?
B.     Tantangan Internal
Selain
 tantangan eksternal, tantangan internal pendidikan Indonesia adalah 
kebijakan pemerintah yang masih belum progresif, baik Orde Lama, Orde 
Baru, dan Orde Reformasi. 
Pertama,
 Orde Lama (1945-1965). System Pendidikan Nasional diselenggarakan 
berdasarkan Undang-undang No. 4 Tahun 1950 dan dengan UU No. 12 Tahun 
1945 yang menyatakan berlakunya UU No. 4 Tahun 1950 di seluruh Republik 
Indonesia, selanjutnya dilengkapi dengan persetujuan parlemen, dan 
beberapa Kepres yang mengiringinya untuk kebijaksanaan-kebijaksanaan 
yang levelnya instrumental dan operasional. Misalnya, inpres No. 8 Tahun
 1955 tentang pedoman belajar di luar negeri, UU No. 8 Tahun 1990 
tentang Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), PP No. 38 Tahun 1992 
tentang Tenaga Kependidikan dan sebagainya.
Kedua, Orde
 Baru, dari 1965-1998, System Pendidikan Nasional diselenggarakan 
berdasarkan UU no. 2 Tahun 1989, dan diikuti dengan perraturan-peraturan
 pemerintah pelaksanaannya seperti PP No. 27 tahun 1990 tentang 
pendidikan pra sekolah, dan PP No. 28, 29, dan 60 Tahun 1990 bertutur 
tentang pendidikan Pendidikan Dasar Menengah, dan Pendidikan Tinggi, dan
 sebagainya.
Seiring
 keadaan tersebut, UU No. 2 tahun 1989 yang merupakan produk Orde Baru, 
juga semakin terasa ketidaksesuaiannya dengan tuntutan global. Dalam 
pelaksanaan UU No. 2 Tahun 1989 sangat terasa:
Ø  Setralisasi.
 Kerja pendidikan diatur secara memusat, dari pusat sampai ke 
pelosok-pelosok daerah yang sangat terpencil, meliputi kurikulum, metode
 ajar, tenaga kependidikan, penilaian, ijazah, otoritas 
penyelenggaraaannya, dana sarana, dan sebagainya.
Ø  Tidak
 demokratis. Adanya sekolah-sekolah negeri dan swasta yang berbeda 
secara diskriminatif, meliputi dana, sarana, otoritas, dan pengakuan 
terhadap ijazahnya. Baik buruknya sekolah swasta diakui dan ditentukan 
oleh pemerintah, bukan oleh pasar dan pengguna jasa pendidikan, dan 
sebagainya.
Ø  Penyelenggaraan
 lembaga-lembaga pendidikan dilaksanakan di bawah otoritas kekuasaan, 
lengkap dengan otoritas administrasi berakurasi pemerintahan. Padahal, 
pendidikan adalah kerja akademik dan bukan kerja perkantoran 
pemerintahan. Tidak berbeda antara menyelenggarakan kantor camat atau 
kelurahan dengan menyelenggarakan sekolah atau perguruan. Hal ini 
berlaku untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Misalnya, 
penyelenggarakan perguruan tinggi (PT).
Ketiga, Orde
 Reformasi, dari 1997 sehingga sekarang. Bersamaan dengan terbongkarnya 
kepalsuan rezim Orde Baru, orde Reformasi mengalami keguncangan politik 
yang amat hebat. Hal itu disebabkan oleh “kran demokrasi” yang dibuka 
terlalu lebar. Tampaknya pemimpin dan rakyat masih sama-sama belajar 
berdemokrasi. Barang kali, mereka tidak menyadari bahwa demokrasi tidak 
identik dengan kebebasan tanpa rambu-rambu. Ingat, demokrasi tidak akan 
bermakna tanpa tegaknya sistem dan hukum serta tingginya 
profesionalitas. System Pendidikan Nasional masih diatur berdasarkan UU 
No. 2 Tahun 1989, yang semua pihak menilainya bahwa UU ini sudah harus 
diganti dengan yang baru sesuai dengan tantangan global. Maka munculnya 
UU No 20 Tahun 2003 dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta 
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang 
maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan 
menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Setiap 
unit atau organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dalam 
menjabarkan  kegiatannya mengacu
 pada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ditentukan 
oleh pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan 
masukan dari masyarakat atau para pakar yang berkompeten dan kemudian 
dirumuskan oleh pemerintah dan anggota DPR.
Disinilah
 fungsi strategis lembaga pendidikan untuk merevitalisasi fungsinya 
dalam membangkitkan potensi bangsa ke depan, mencetak kader-kader masa 
depan andal yang dibutuhkan di era kompetisi terbuka, dan mengantisipasi
 segala tantangan dengan langkah-langkah progresif dan produktif 
sehingga dihormati bangsa-bangsa lain di dunia.
Melahirkan
 “Habibi-Habibi” baru tantangan serius dunia pendidikan. Indonesia 
sangat membutuhkan sosok teknolog kelas dunia yang mampu berkreasi dan 
berjuan keras untuk kemajuan bangsa. Stok politisi dan ekonom kita sudah
 over, sedangkan stok teknolognya sangat kurang. Stok teknolog inilah 
yang harus diperbanyak agar mereka mampu mengelola kekayaan sember daya 
alam secara efisien, produktif, dan akuntabel. Bukan terus menerus 
menyerahkan  kepada Negara asing
 yang banyak kepentingan bisnisnya. Dengan mampu mengelola sendiri, 
kemandirian bangsa ini semakin kuat dan posisi tawar menawarnya dengan 
bangsa lain semakin tinggi. Bangsa ini tidak terus ditekan dan 
ditentukan nasibnya oleh bangsa lain, tapi oleh dirinya sendiri dalam 
mengembangkan aset-aset produktif bagi kemajuan dan kesejahteraan 
bangsa.
Potret
 pendidikan di atas, baik internal maupun eksternal, adalah tantangan 
serius bagi insan pendidikan untuk mengubahnya menjadi peluang 
berprestasi. Orang yang sukses adalah yang mampu mengubah tantangan 
menjadi peluang meraih sukses. Oleh karena itu, semua insan pendidikan 
seyogianya memandang tantangan pendidikan di atas sebagai starting point
 melakukan langkah-langkah dinamis dan progresif dalam mengembangkan 
diri seoptimal mungkin untuk mengejar ketertinggalan dan kemunduran. 
Jangan berlaku putus asa, patah semangat, dan mundur teratur, sekali 
kita mundur, maka kondisi pendidikan di negeri ini semakain amburadul 
dan bangsa ini semakin tertindas.
Menurut
 Ahmad Makki dalam Jamal Ma’mur Asmani, jika pendidikan dalam sebuah 
bangsa sudah maju, niscaya akan maju pula bangsa itu. Sebaliknya ketika 
pendidikan di suatu bangsa tidak berkembang, maka dapat dipastikan 
bangsa akan terbelakang. Pada hakikatnya, pendidikan bertujuan 
memfasilitasi pencapaian tujuan kehidupan manusia yang sesungguhnya. 
Untuk itulah sekarang kita dituntut untuk dapat mengembangkan system 
pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman global, dengan pendidikan 
yang berperspektif global.
http://ichal-pendidikan.blogspot.com/2011/06/blog-post.html
TANTANGAN MASA DEPAN DALAM MEMPERSIAPKAN PENDIDIK BERKUALITAS
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
 merupakan sektor sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Kegagalan 
pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan 
pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Pada
 dunia pendidikan, hendaknya memperhatikan unsur pendidikan, yang 
diantaranya: peserta didik, pendidik, software, manajemen, sarana dan prasarana dan stake holder.
 Aset yang diperlukan dalam pendidikan adalah sumber daya manusia yang 
bekualitas. Sumber daya yang berkualitas dapat berupa dari siswa, 
masyarakat, maupun dari pendidik.
Pelaksanaan
 suatu pendidikan mempunyai fungsi, antara lain: inisiasi, inovasi, dan 
konservasi. Inisiasi merupakan fungsi pendidikan untuk memulai suatu 
perubahan. Inovasi merupakan wahana untuk mencapai perubahan. Konservasi
 berfungsi untuk menjaga nilai-nilai dasar. Oleh sebab itu, untuk 
memperbaiki kehidupan suatu bangsa, harus dimulai penataan dari segala 
aspek dalam pendidikan. 
|       
1 Jamal     Ma’mur Asmani, Manajemen pengelola     Kepemimpinan Pendidikan Profesional, (2009) 
 |     
Saat
 ini dunia pendidikan nasional Indonesia berada dalam situasi “kritis” 
baik dilihat dari sudut internal kepentingan pembangunan bangsa, maupun 
secara eksternal dalam kaitan dengan kompetisi antar bangsa. Fakta 
menunjukkan bahwa, kualitas pendidikan nasional masih rendah dan jauh 
ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Berbagai kritikan 
tajam yang berasal dari berbagai sudut pandang terus ditujukan kepada 
dunia pendidikan nasional dengan berbagai alasan dan kepentingan.  Bahkan
 ada beberapa pihak yang menuding bahwa krisis Nasional sekarang ini 
bersumber dari pendidikan dan lebih jauh ditudingkan sebagai kesalahan 
guru. Benarkah ada unsur “salah” pada guru? Mungkin “ya” dan mungkin 
“tidak” tergantung dari sudut mana memandang dan menilainya. Namun yang 
pasti ialah bahwa kondisi guru saat ini bersumber dari pola-pola bangsa 
ini memperlakukan guru. Meskipun diakui guru sebagai unsur penting dalam
 pembangunan bangsa, namun secara ironis guru belum memperoleh 
penghargaan yang wajar sesuai dengan martabat serta hak-hak azasinya. 
Hal itu tercermin dari belum adanya jaminan kepastian dan perlindungan 
bagi para guru dalam pelaksanaan tugas dan perolehan hak-haknya sebagai 
pribadi, tenaga kependidikan, dan warga negara.
|       
2 Ibid.     hal 29 
 |     
Sehubungan dengan itu bahasan berikut akan menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan meneropong tantangan pendidikan global, beberapa tantangan dan solusi masa depan  pendidikan,
 serta upaya membangun pendidikan guru yang ideal. Bahasannya baru 
merupakan pikiran awal yang masih harus dikaji dan dikembangkan lebih 
lanjut berdasarkan kajian sumber-sumber empiris dari berbagai penelitian
 dan pengalaman nyata baik dalam maupun luar negeri. Dalam ketidak 
sempurnaan ini ibarat setitik air di tengah samudra luas namun semoga 
memberi manfaat dan sumbangsih bagi kaum guru dan dunia pendidikan pada 
umumnya.
PENDIDIKAN MASA DEPAN DI INDONESIA
PENDAHULUAN   
Pendidikan  merupakan  sebuah  usaha  yang  berjalan  secara  terus 
menurus untuk menjadikan manusia  (masyarakat) mencapai taraf k emakmuran. 
Pendidikan  di  Indonesia  dilihat  dari  segi  mutunya  masih  sangat 
memprihatinkan.  Baerkaca  dari  perkembangan  teknologi  dan  informasi  yang 
menunutut  kemampun  sumber  daya  manusia  yang  mumpuni,  pendidikan 
sebagai  sarana pengantar untuk pen yeimbang antara sumber  daya manusia  dan 
kemajuan  teknologi  dan   informasi  sudah  seharusnya  memberikan  pelayanan 
maupun kontribusi yang tinggi. 
Antara  sistem  pendidikan  di  Indonesia  dan  pendidikan  di  negara-
negara  maju  tidak  bisa  disamakan  akan  tetapi  negara  maju  dijadikan   sebagai 
penyemangat  karena  masing-masing  negara  mempunyai  kultur  yang  berbeda. 
Pendidikan harus  dibawa dalang  ran gka  meng  optimalkan  kemampuan  peserta 
didik  untuk  memiliki  sifat  kreatif,  kritis  dan  tanggap  terhadap  permaslahan 
kehidupan.  UNESCO  sebagai lembaga  yang  mengurusi  masalah  pendidikan  di 
bawah  naungan  PBB  telah merumuskan  empat  pilar  pendidikan  dalam  rangka 
pelaksanaan  pendidikan  untuk  masa  sekarnag  dan  masa  depan,  pilar   tersebut 
adalah  pilar  (1)  learning  to  Know  (belajar  untuk  mengetahui),  (2)  learning  to 
do (belajar  untuk melaku kan sesuatu)  dalam hal ini kita dituntut untuk terampil 
dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar  untuk menjadi seseorang), 
dan  (4)  learning to live  together  (belajar untuk menjalani  kehidupan  bersama). 
(5)  learn  how  to  learn  (belajar  men ggunakan  metode  yang  tepat)  dan  yang 
terakhir learning trou gho ut life (belajar sepanjang hayat).1 
PENDIDIKAN MASA DE PAN DI INDONESIA 
A.  Pendidikan di indonesia 
Proses  belajar  tidak  hanya  terbatas  pada  p endidikan  formal,  namun 
Setiap  warga  negara  berhak  mendapat  kesempatan  meningkatkan  pendidikan 
sepanjan g  hayat2.  Di  Negara  Indonesia  pemerintah  mewajibkan  wajib  belajar 
sembilan  tahun  yaitu  pendidikan  enam  tahun  pada  pendidikan  dasar  dan   tiga 
tahun  pada  pendidikan  lanjutan  tingkat  pertama.  Adapun  tujuan  secara  u mum 
pendidikan  di  indonesia  adalah  mencerdaskan  kehidupan   bangsa  dan 
mengembangkan  manusia  Indonesia  seutuhnya,  yaitu  manusia  yang  beriman 
dan  bertakwa  terhadap  Tuhan  Yang  Maha  Esa  dan  berbudi  pekerti  luhur, 
memiliki  pengetahuan  dan  keterampilan,  kesehatan  jasmani  dan  rohani, 
kepribadian  yang  mantap,  mandiri  serta  rasa  tanggung  jawab  kemasyarakatan 
dan  kebangsaanWajib  belajar  yang  ini  ditekankan  oleh  pemerintah  dengan 
harapan  mampu  menghapus  anggota  masyarakat  dari  buta  huruf  dan 
meningkatkan  kecerdasan  bangsa.  Namun  pada  keyataan ya  pemerintah  belum 
menjamin  100%  masyarakatnya  dapat  merasakan  pendidikan  wajib  belajar 
meskipun  pemerintah  sudah  mengan ggarkan  biaya  pendidikan  dari  APBN 
sebesar 20% untuk pelaksanaan wajib belajar. 
Belum  lagi  masalah  diatas  dapat  terselesaikan,  seiring  d engan 
perkembangan  zaman  yang  ditandai dengan  kemajuan dalam bidang  teknologi 
dan  informasi,  pendidikan  di  indonesia  dihadapkan  pada  problem  rendahnya 
mutu  pendidikan  yang  sudah  ada.  Lembaga  pendidikan  yan g  ada  kurang 
mampu  dalam  membangkan  k reatifitas  dan  intelektualitas  para  peserta 
didiknya,  sehin gga  setiap  tahunnya  selalu  adanya  penambahan  pen gangguran 
dalam  dunia  kerja,  hal  ini  terjadi  karena  lembaga  pendidikan  dengan  d unia 
kerja  berjalan sendiri-sendiri sehingga   keilmuan yang  diperoleh  kurang  sesuai 
dengan  dunia kerja,  misalpun  ada  dari  beberapa  yang  sudah  sesuai  akan  tetapi 
pemban gunan  jiwa  kreatif  masih  sangat  minim  sehingga  tatkala  dihadapkan 
dengan realitas terjadi adanya kebingungan  yang dahsyat.  
B.  Pendidikan masa depan  
Pendidikan  merupakan kebutuhan  sepanjang hayat.  Setiap  masyarakat 
membutuhkan  pendidikan,  sampai  kapanpun  dan  dimanapun  ia  berada. 
Pendidikan  memiliki  peranan  yan g  sangat  penting  artinya,  sebab  tanpa 
pendidikan manusia  akan sulit  berkembang  dan  bahkan  akan  terbelakang  yang 
berujung  p ada  keterpuru kan.  Dengan  demikian  pendidikan  harus  betul-betul 
diarahkan untuk menghasilkan  manusia yang  berkualitas dan  mampu  bersaing, 
di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan  moral  yang baik.  
Prinsip  penyelenggaraan  pendidikan  sebagai  mana  yang  tercantum 
dalam  UU  No.  20  tah un  2003  bahwa  pendidikan  diselenggarakan  secara 
demokratis dan berkeadilan serta  tidak diskriminatif  dengan menjunjung tinggi 
hak  asasi  manusia,  nilai  keagamaan,  nilai  kultural,  dan  kemajemukan  bangsa. 
Pendidikan  diselenggarakan  dengan  memberdayakan  semua  komponen 
masyarak at melalui  peran  serta d alam pen yelen ggaraan  dan pengendalian  mutu 
layanan  pendidikan3.  Dari  prinsip  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  dalam 
penyelenggaraan  pendidikan  harus  memperhatikan  nilai  kulturan,  nilai 
keagamaan dan semua k ompenen masyarakat tanpa adanya diskriminatif.  
Namun  menurut  pemakalah  pendidikan  yang  perlu  diterapkan  di 
Indon esia  selain  mencangkup  empat  pilar  yang  canangkan  UNESCO  yaitu 
learning  to  know,  learning  todo,  learnin g  to  be  dan  learning  to  live  together, 
learn  how  to  learn  dan  learning  troughout  life.4  Penyelenggaraan  pendidikan 
yang  tercantum  dalam  Undang-undang  Sistem  Pendidikan  Nasional    harus 
lebih  mementingkan  aspek  moral.  Penekanan  terhadap  moral  dipandan g  perlu 
karena  dengan sikap kreatif dan profesional saja bangsa ini akan hancur, hal ini 
dapat  dilihat  pada  keterpurukan  moral  para  wakil  rakyat  yang  korupsi  sampai 
trilyunan  rupiah.    Untuk  mewujudkan  pendidikan  diatas  pemerintah  melalui 
pihak  terkait  harus  lebih  tegas  dalam  menangani  terhadap  penyimpangan-
penyimpangan  yang ada, terutama terhadap pembiayaan pendidikan dan  proses 
pendidikan  baik  mulai  dari  perencanaan,  kegiatan  pembelajaran,  evaluasi  dan 
tindak  lanjutnya.  Pemerintah  juga  berani  menanggung  biaya  pendidikan 
minimal  pendidikan  wajib  belajar  dengan    pemenuhan  segala  keperluan  yang 
menunjang terhadap keb erlan gsungan proses pendidikan. 
Dengan  demikian,  tuntutan  pendidikan  sekarang  dan  masa  depan 
harus  diarahkan  pada  peningkatan  kualitas  kemampuan  intelektual  dan 
profesional  serta  sikap,  kepribadian  dan  moral  manusia  Indon esia  pada 
umumnya,  sehingga  antara  pendidikan  dan  dunia  kerja  terjadi  ad anya 
kesesuaian  kebutuhan  yuang  diperlukan.  Dengan  kemampuan  sikap 
profesional,  kreatif  diharapkan  dapat  mengurangi  pengan ggu ran  yang  setiap 
tahunnya  meningkat,  dengan  memiliki  sikap/moral  yan g  tinggi  mampu  untuk 
hidup  bersama  dan  tolong  menolong,  bukan  saling  menggunakn 
keprofesionalannya  untuk  membodohi yan g lebih bodoh,  dan   tentunya  apabila 
program  diatas  berjalan  secara  baik  dan  benar  mutu  pendidikan  semakin  terus 
membaik. 
KESIMPULAN 
Pendidikan  berjalan  sepang  h ayat  masyarakat,  dengan  menekankan 
sikap  kreatif,  kritis,  tanggap  terhad ap  permasalahan  lingkungan  dan  memiliki 
nilai  moral yang tinggi.  Selain  itu pendidikan tidak  terlepas  dari kultur  bangsa 
sebagai  karakter, dan tentunya  adan ya kesesuaian antara  tujuan pendidikan  dan 
kebutuhan sumber daya  manusia yang diperlukan di masyarakat. 
Pemerintah sebagai salah  satu tonggak pelaksanaan pendidikan sudah 
menjadi kewajiban ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pelayanan pendid ikan  
sebagaimana  tercantum  dalam  UU  Dasar  45  yaitu  mencerdask an  kehidupan 
bangsa.  Pendidikan  di  Indonesia  untuk  masa  depan  selain  mengedepankan 
aspek  intelektualitas  juga  menekankan  aspek  kesadaran  moral  sebagai 
penyeimbang  tatkala  seorang  peserta  didik  berinteraksi  langsung  baik  dengan 
pendidik atau masyarakat umum.  
Pentingnya Pendidikan Untuk Masa Depan
      Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang
hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia
berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan
sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus
betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
      Tujuan pendidikan yang kita harapkan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga
negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas,
aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis,
dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.
      Empat pilar pendidikan sekarang dan masa
depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga
pendidikan formal, yaitu: 
1.     
learning
to Know (belajar untuk mengetahui)
2.     
learning
to do 
(belajar untuk melakukan sesuatu)
dalam hal ini kita dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu, 
3.     
learning
to be (belajar untuk menjadi seseorang)
4.     
learning
to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Dalam
rangka merealisasikan `learning to know`, Guru seyogyanya berfungsi sebagai
fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman
sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan
maupun ilmu tertentu. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan
bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan
keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan
minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat
dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk
menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada
penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.
Pendidikan sangat berperan penting
dalam kehidupan kitadan masa depan kita, beberapa hal yang terpenting dimasa
depan adalah sebagai berikut :
a.      
Kemampuan
ekonomi 
Hal itu
penting dalam masa depan seseorang agar hidup kita ini menjadi tidak serba
kekurangan dan bisa beradaptasi dengan suasana dunia yang serba modern ini.
b.     
Kepuasan
hati
Merupakan
hal yang masuk kedalam hal yang terpenting bagi masa depan karena kepuasan hati
erat kaitannya dengan kemantapan iman seseorang kepada tuhan yang maha Esa,
jika sudah sampai pada tingkatan ini, hidup seseorang karena situasi apaun yang
terjadi akan dihadapinyadengan hati yang lapang pada alirannya, masalah-masalah
akan cepat terselesaikan.
c.      
Kesehatan
Kesehatan merupakan
hal yang penting dalam Bagi masa depan, karena dengan kesehatan raga maupun
jiwa semua yang ada dihadapan kita apapun itu antara halangan atau yang lainnya
untuk Bagi masa depan akan bisa ditempuh dengan baik dengan disertai do’a.
d.     
Jabatan/statis
social 
Jabatan/Statis
Social yaitu penting dalam hidup kita karena dengan jabatan kita bisa dikenal
oleh masyarakat, seperti kita menjadi seorang gurudi madrasah, itu akan lebih
dikenal oleh masyarakat dan bisa juga lewat mendidik murid-murid akan mendapat
pahala dan uang.
e.      
Keharmonisan
keluarga
keluarga
adalah lingkungan yang paling kecil bagi semua yang ada di dalam keluarga
tersebut, keharmonisan keluarga sangat penting bagi masa depan agar saat ada
masalah bisa dilumpuhkan dengan bicara dengan halus-halus untuk mencari solusi
masalah tersebut. Kapan ada masalah dalam keluarga dan keluarga itu tidak
harmonis akibatnya akan menghambat jalan kemasa depan yang lebih baik.
f.      
Keahlian
kreatifitas
seseorang bisa bisa dijadikan pekerjaan dan bisa menghasilkan uangseperti daur
ulang dari sampah bisa menjadi apa yang diinginkan dengan keahlian, mendaur
ulang sampah bisa menjadi masa depan yang cerah 
bagi dirinya sendiri ataupun bagi Negara yang di tempati. Dan yang
terakhir bisa dikenal dengan jaminan hidup dimasa depan.
Sebagai
manusia, kita harus mempunyai pandangan untuk hidup bagi diri kita sendiri dan
keluarga nantinya di hari tua. Pendidikan merupakan suatu pegangan hidup bagi
manusia agar nantinya kita tidak kesulitan menghadapi masa yang semakin merak
dengan teknologi canggih yang bisa merubah isi fikiran kita, kita tidak bisa
hidup tanpa adanya orang lain di samping kita ,akanya manusia disebut mahkluk
social yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang  lain dan ekonomi berperan penting dalam hidup
kita, dengan ekonomi yang standart kita bisa hidup dengan enak.
Masa
depan adalah masa yang menentuka kita untuk menjadi lebih melarat atau cerah,
jadi peran pendidikan dalam masa depan kita sangat penting.Masa depan yang
cerah akan membuat hidup kita nyaman dan tidak akan menjadi orang yag
melarat,hidup seseoarang yang melarat adalah orang yang tidak mempunyai masa
depan yang cerah.J adi pendidikan dan masa depan yang cerah sngat penting dalam
hidup kita.
Dengan
demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada
peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap,
kepribadian dan moral manusia Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan
sikap manusia Indonesia yang demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara
bermartabat di masyarakat dunia di era globalisasi ini.
Sumber: 
http://anzpaulwalker007.blogspot.com/
Langganan:
Komentar (Atom)