Lulusan
PTAIN (UIN/IAIN/STAIN) dalam beberapa hal masih “dikeluhkan”
oleh masyarakat luas, khususnya dalam hal membaca dan memahami naskah
berbahasa Arab atau yang sering dikenal dengan kitab kuning (classical
sourcess). Sebutan sarjana (ahli) agama terjemahan, tidaklah asing di
telinga kita. Tentu ini merupakan fenomena yang mesti segera disikapi
secara serius. Dalam rangka meminimalisir kecenderungan menurunnya kualitas
PTAIN dalam hal menguasai kajian kitab kuning, Ditperta melakukan beberapa
langkah “terobosan” dengan memberikan semacam financial support
kepada mereka-mereka yang ingin secara serius mendalami pokok ilmu agama
Islam, plus dengan penguasaan kitab kuningnya. Program ini direncanakan
dengan mulai membuka kelas khusus di Ushuluddin. Peserta ( para mahasiswa
) yang ikut dalam program ini akan dibebaskan dari segala pembiayaan mulai
dari uang pendaftaran sampai dengan pembayaran uang wisuda.
Menurut
Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam, H. Arief Furqan, M.A, Ph.D, ide
dasar pelaksanaan program ini didasarkan atas beberapa alasan yang sangat
signifikan, antara lain, pertama, adanya kecenderungan semakin minimnya
lulusan PTAIN yang mampu membaca kitab; kedua, semakin turunnya minat
orang (calon mahasiswa) untuk masuk ke fakultas Ushuluddin atau mereka
yang masuk ke fakultas Ushuluddin tidak merupakan orang pilihan. Padahal,
menurut Pak Direktur, justru di fakultas Ushuluddin inilah diharapkan
akan muncul alumni-alumni yang memiliki wawasan dan kedalaman ilmu yang
luas. Bagaimana mungkin bisa diharapkan mutunya, kalau fakultas Ushuluddin
hanya menjadi “terminal terakhir” bagi mereka yang tidak di
fakultas lain?
Untuk
itu, dalam rangka memperbaiki citra fakultas Ushuluddin sebagai fakultas
ilmu Islam murni dan keinginan Departemen Agama RI untuk mendongkrak mutu
lulusan yang bagus, berkualitas, dan benar-benar memahami ilmu pokok agama
(ushuluddin) yang dari hari ke hari dirasa semakin langka, program ini
diluncurkan. Cara yang akan ditempuh adalah dengan memberikan kesempatan
kepada calon mahasiswa yang berkualitas untuk belajar ilmu agama di fakultas
ushuluddin secara gratis, mulai dari pendaftaran sampai dengan wisuda.
Pembiayaan tersebut, semuanya akan ditanggung oleh Ditperta bagi para
PTAIN yang dipercaya untuk menyelenggarakan program yang dimaksud.
PTAI
yang berminat akan diminta mengajukan proposal, disertai dengan persyaratan-persyaratan
yang dianggap layak oleh Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Ditperta
Depag RI. Antara lain, mereka (PTAI) harus mau menyelenggarakan program
khusus di Prodi Ushuluddin dengan pengantar bahasa Arab. Sebagai konsekuensinya
harus ada dosen-dosen yang akan mengajar atau menjadi pengampu mata kuliah
yang sesuai dengan bidang keilmuan fakultas Ushuluddin. Direncanakan satu
program akan diisi maximal 20 orang peserta program. Sedangkan lokasi
kegiatan diharapkan akan merata. Meskipun demikian akan sangat bergantung
kepada studi kelayakan yang akan dilakukan dan tidak akan dipaksakan mewakili
daerah tertentu kalau memang tidak ada dan tidak mampu.
Program
ini diharapkan akan memunculkan orang-orang yang betul-betul menguasai
ilmu agama yang didukung dengan kemampuan baca kitab yang memadai, sehingga
mereka akan berwibawa dalam membimbing umat dan masyarakat. Melalui progrm
ini secara tidak langsung merupakan bentuk affirmative action, kepada
mereka-mereka yang memiliki kemampuan baca kitab yang bagus, namun tidak
bisa tertampung di Perguruan Tinggi Agama Islam karena ketiadaan biaya.
Manfaat program ini bagi fakultas Ushuluddin sangatlah jelas, yakni akan
dapat meningkatkan citra fakultas Ushuluddin menjadi fakultas yang sangat
penting dan tidak bisa diremehkan. Di samping itu, dengan program khusus
yang ketat, selektif dan plus beasiswa, diharapkan akan dihasilkan lulusan
yang bermutu sesuai dengan harapan masyaraka luas.
Pilot
project yang direncanakan akan dilaksanakan pada pertengahan tahun 2005
ini sengaja dipublikasikan sejak dini, agar PTAI yang berminat bisa menyusun
dan mendesain programnya secara matang (Alfan/Gja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar