Ada beberapa nilai strategis yang membuat pendidikan begitu penting bagi satu bangsa dan menentukan masa depannya.
Pertama, pendidikan adalah katalisator untuk mengubah
informasi menjadi ilmu pengetahuan, baik pengetahuan yang ada dalam
buku-buku teks, maupun pengetahuan yang ada dalam kehidupan. Pendidikan
mengingatkan kita bahwa segala sesuatu ada ilmunya, dan dengan ilmu,
kita dapat melakukan pencerahan (enlightenment) dan membuat setiap
individu memiliki rasa percaya diri (self confidence) untuk mengambil
setiap keputusan, menghadapi kehidupan, dan untuk menerima keberhasilan
dan kegagalan. Ilmu pengetahuan adalah kekuatan (knowledge is power)
yang dapat menjadi senjata pamungkas untuk menaklukkan medan kehidupan
menuju masa depan. Kekuatan dan daya saing satu bangsa tidak ditentukan
oleh uang dan senjata, tetapi ditentukan oleh mutu sistem pendidikan dan
tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangsa yang
menguasai dunia saat ini dan akan menguasai dunia pada masa yang akan
datang, bukanlah bangsa yang memiliki persenjataan lengkap, tetapi
bangsa yang memiliki sistem pendidikan bermutu tinggi dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kedua, pendidikan adalah jendela dunia (window of the world).
Pendidikan menuntun kita untuk menjelajah, memahami, dan memaknai dunia
di sekitar kita. Dari penjelajahan, pemahaman, dan pemaknaan itu kita
akan mendapatkan perspektif untuk menjalani kehidupan dan mengembangkan
pemikiran serta pandangan tentang hal-hal yang ada dalam kehidupan kita.
Dalam konteks ini, pendidikan membuat kita memiliki kemampuan untuk
menginterpretasi berbagai hal yang ada di sekitar kita dengan benar.
Pendidikan yang baik menjauhkan kita dari berbagai illusi dan menghapus
semua bentuk keyakinan yang salah dalam pikiran kita. Pendidikan
membantu kita menciptakan gambaran yang jelas dan menghapus kebingungan
kita tentang segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Pendidikan
mengungkap berbagai pertanyaan dan juga membantu kita mendapatkan
jawaban yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Ketiga, pendidikan adalah jendela kesempatan (window of opportunities).
Pendidikan mengembangkan potensi diri kita dan membekali kita dengan
berbagai kompetensi dan karakter yang kita butuhkan untuk mewujudkan
mimpi-mimpi kita. Kompetensi dan karakter secara bersama-sama membuka
pintu-pintu kesempatan bagi kita untuk menentukan dan mengembangkan
karir, dalam rangka merenda masa depan yang kita inginkan. Semakin baik
dan strategis pendidikan yang kita dapatkan, maka akan semakin baik dan
strategis pula jendela kesempatan yang terbuka untuk kita. Semua jenis
pekerjaan membutuhkan orang-orang yang terdidik (well-educaed), yaitu orang-orang yang berilmu (knowlegable), terampil (skillful),
kreatif, innovatif, dan berkarakter. Menurut Jean Piaget (1896-1980),
seorang ahli psikologi kognitif (cognitive psychologist) asal Swiss, “the
principal goal of education is to create men who are capable of doing
new things, not simply of repeating what other generations have done”
(tujuan utama pendidikan adalah utuk menghasilkan manusia yang mampu
mengerjakan sesuatu yang baru, tidak hanya mengulang apa-apa yang telah
dilakukan oleh generasi sebelumnya).
Keempat, pendidikan adalah sarana mobilitas sosial. Semua
bentuk kualifikasi, kompetensi, dan prestasi yang diraih melalui
pendidikan adalah energi positif yang akan mendorong seseorang ke posisi
sosial tertentu. Pendidikan yang baik akan memberikan kompetensi
keilmuan dan ketrampilan yang baik, lalu kompetensi keilmuan dan
ketrampilan yang baik akan membuka kesempatan bagi pekerjaan atau
profesi yang lebih baik, pekerjaan atau profesi yang lebih baik tentu
saja menjanjikan insentif atau kepercayaan (trust) lebih baik pula, dan
tingkat pengakuan yang terus meningkat akan menaikkan status sosial.
Kelima, pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia (basic human needs). Setiap warganegara membutuhkan pendidikan dan harus diberi akses pendidikan (education for all), dan semua komponen bangsa harus berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan (all for education).
Mengabaikan hak-hak pendidikan warga negara dan tidak memberikan
kontribusi apapun dalam kegiatan pendidikan adalah sebuah tindakan yang
egois dan tidak bertanggung jawab. Jika kebutuhan pendidikannya
dipenuhi, maka rakyat akan siap untuk berubah dan membangun. Sebaliknya,
jika kebutuhan pendidikannya tidak terpenuhi masyarakat tidak akan siap
untuk berubah, apalagi membangun. Masyarakat yang tidak terdidik akan
mudah frustasi, pemarah, dan cenderung apatis terjhadap lingkungannya.
Keenam, pendidikan adalah peta jalan (road map) menuju masa depan. Setiap individu, masyarakat, dan bangsa membutuhkan pendidikan sebagai peta jalan (road map)
untuk menyongsong masa depan. Pendidikan membuka mata kita tentang
corak masa depan yang bagaimana yang seharusnya kita wujudkan, mengapa
kita harus menuju ke sana, jalan mana yang harus kita tempuh untuk tiba
di sana, dan bagaimana atau dengan kendaraan jenis apa seharusnya kita
menuju ke sana.
Dengan beberapa nilai strategis yang dimilikinya, maka pendidikan benar-benar menjadi faktor yang menentukan (determinant factor)
bagi masa depan satu bangsa. Bangsa yang membiarkan sistem pendidikan
nasionalnya terpuruk dan penuh problematika adalah bangsa yang tidak
bertanggung jawab dan pasrah terhadap masa depannya. Mencermati kondisi
pendidikan nasional kita hari ini secara seksama bukanlah upaya
mencari-cari kesalahan, tetapi sebuah langkah penting untuk menemukan
rancangan yang tepat bagi masa depan kita. Merancang dan menata sistem
pendidikan berarti merenda masa depan. Jika hari ini kita belum puas
dengan sistem pendidikan nasional kita dan terus membiarkan kita tidak
puas dengannya, dapat dipastikan bahwa masa depan yang tidak bahagia
telah menanti kita. Jika kita menginginkan sebuah masa depan yang
bahagia bagi bangsa kita, maka hanya ada satu cara, yaitu memastikan
bahwa hari ini kita memiliki sistem pendidikan nasional yang bermutu,
yaitu sistem pendidikan yang membahagiakan dan membanggakan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar