Perasaan malu
acapkali menjadi penghambat bagi anak untuk bergaul atau berkumpul
dengan teman sebayanya. Anak menjadi canggung dan sulit membangun
interaksi di tengah-tengah temannya. Anak merasa asing dan terkucil di
tengah-tengah keriuhan teman-temannya dalam bermain. Alhasil, anak
cenderung ingin menarik diri. Padahal, kita selalu mengharapkan anak
menjadi anak yang supel bergaul, banyak temannya dan mudah beradaptasi
di tengah pergaulannya.
Hal
lain, kadangkala kita pun sering direpotkan oleh perilaku anak di saat
ada banyak teman sebayanya di dekatnya. Anak malah takut bermain bersama
dan terus berlindung di balik badan orang tuanya. Jika anak dianjurkan
untuk turut bergabung bermain bersama temannya, namun anak dihinggapi
perasaan malu dan seperti ketakutan. Anak pun menjadi sangat tergantung
pada orang tuanya.
Namun
adakalanya sebahagian orang tua menganggap perasaan malu anak saat
belajar bersosialisasi, merupakan perilaku yang lumrah terjadi pada masa
anak-anak. Kemudian, orang tua menganggap perasaan malu itu akan
menghilang seiring dengan perkembangan usianya. Padahal, tidak jarang
perasaan malu tersebut menjadi berlarut-larut dan menjadi penghambat
kemampuan anak untuk dapat bersosialisasi dengan baik. Hal yang tidak
boleh diremehkan, bahwa perasaan malu yang tidak ditanggulangi sedini
mungkin ini, dapat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.
Di mana anak menjadi tidak cakap untuk bergaul, kurang memiliki
inisiatif, tidak punya keberanian menghadapi berbagai hal atau tantangan
dan hidup serba tergantung pada orang lain.http://hendrasurya.blogspot.com/2009/02/kurang-gaul.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar