Kita
pun perlu membimbing anak, bagaimana cara bertanya atau etika bertanya
yang baik, agar orang yang ditanya tidak tersinggung, jengkel atau
marah. Bagaimana cara bertanya dengan santun dan nada suara yang tidak
menyinggung perasaan orang yang ditanya.
Untuk
melatih kemahiran bertanya pada anak, maka kita pun harus senantiasa
merangsang pengetahuan anak dengan membiasakan memberi contoh mengajukan
pertanyaan-pertanyaan langsung pada anak. Anak harus dibuat terbiasa
dengan berbagai pertanyaan dan terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya.
Selanjutnya,
kita perlu mengajarkan pada anak untuk selalu bersikap terbuka dalam
berinteraksi. Anak harus dapat atau mau menerima pendapat maupun
kritikan temannya, sebagai masukan baginya. Anak harus diajarkan
bagaimana menghargai pendapat atau kritikan teman. Anak harus dapat
mengucapkan kata “terima kasih” atas kebaikan, masukan atau hal
yang diingatkan temannya. Dengan menerima kritikan atau pendapat berarti
anak akan lebih mengenal atau memahami kelebihan atau kekurangan yang
dimilikinya. Kritikan dapat dijadikan alat untuk mengukur atau menilai
kemampuan dirinya, sehingga dapat memotivasi dirinya untuk selalu
berpikir maju.
- Bantu anak untuk melakukan pendekatan (PDKT) pada teman-temannya.
Untuk sebahagian anak, tentu ada yang mengalami kesulitan dalam memulai membangun relasi dalam pergaulan anak. Ada
perasaan tak nyaman dan tak mengenakkan anak, ketika akan memulai
serangkaian relasi dalam pertemanannya. Sebahagian ada yang cenderung
pasif atau pemalu dalam pertemanan, sehingga anak cenderung menunggu
temannya untuk memulai pendekatan padanya, baru terbangun relasi.
Tentunya kita tidak menginginkan hal ini terjadi pada anak kita, bukan?
Makanya untuk memudahkan anak melakukan pdkt pada teman-temannya, maka
anak membutuhkan keterampilan atau kemahiran, antara lain:
- untuk bersikap lebih agresif dan adaptif.
Untuk
bersikap lebih agresif dan adaptif maksudnya adalah membantu anak untuk
memiliki keberanian dalam membangun serangkaian relasi pertemanan
dengan teman bermainnya. Kita dapat membimbing dan mendorong anak untuk
selalu aktif memulai pendekatan-pendekatan pada temannya dengan menepis
perasaan tak enaknya, sungkannya dan takutnya. Untuk itu, anak
membutuhkan kemahiran menyapa, menegur atau bertanya.
Agar
anak dapat memiliki kemahiran menyapa atau bertanya, maka anak perlu
kita biasakan menyapa atau bertanya pada siapapun yang ditemuinya. Kita
dapat memberi contoh padanya untuk menyapa atau menegur temannya, saudaranya, kakek-neneknya, pamannya, orang lain dan lain-lain. Atau kita dapat mengajak anak berkomunikasi secara interaktif. Kita latih anak untuk dapat menyapa, mengeluarkan pendapatnya, atau kita rangsang anak untuk mau aktif bertanya dalam berbagi pikiran dan perasaan. Dengan demikian anak terbiasa menempatkan perhatian dan minatnya pada orang lain dengan lebih serius. Contohnya:
- Selamat pagi, Nenek…!
- Dari mana, Kak…?
- Apa yang kau cari, Nana…?
- Dan sebagainya.
Kalau
anak sudah terbiasa menyapa atau bertanya, tentu memudahkan dirinya
untuk memulai serangkaian pendekatan-pendekatan pada teman sepermainnya
atau orang lain tanpa dibebani oleh perasaan sungkan, tak enak atau
takutnya. Upaya pelatihan anak ini sebaiknya sedini mungkin, usia 2-6
tahun adalah usia yang paling baik untuk memulai pelatihan, karena lebih
mudah untuk menanamkan dan membiasakan sesuatu pada anak-anak
dibandingkan dengan orang dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar