Memang untuk memilih bahasa atau cara yang
tepat, agar anak dapat memahami apa yang kita sampaikan tidak mudah.
Namun kita dituntut untuk peka dan memperlakukan anak dengan sabar serta
penuh perhatian. Kita dapat mendekati anak dengan cara memberi dukungan
emosional, seperti merangkulnya, memeluknya dan menatap langsung mata
anak, sembari memberi senyuman yang dapat menyejukkan hatinya. Kita
harus dapat menunjukkan rasa empati kita terhadap kesulitan anak, agar
rasa gundah anak menghilang dan dirinya mau berkeluh kesah pada kita.
Kita harus menghilangkan rasa cemas atau kesal anak dengan menunjukkan
dirinya masih mempunyai sesuatu yang membanggakan dirinya. Sesuatu yang
membanggakan diri anak dapat menjadi sumber motivasi kekuatan diri anak.
Pujian
adalah sumber kekuatan yang dapat membangkitkan rasa percaya diri anak.
Kita dapat menunjukkan atau menyebutkan sesuatu yang dimiliki anak.
Dengan menunjukkan kelebihan yang dimiliki anak dapat membangkitkan
kekuatan dan keberanian anak. Dengan menonjolkan kekuatan atau kelebihan
yang dimiliki anak menjadi modal anak untuk tampil lebih percaya diri.
Anak yang menyadari dirinya mempunyai kekuatan atau kelebihan, berarti
dirinya siap untuk dapat bersosialisasi dan berkumunikasi dengan orang
lain.
Contohnya:
“Mengapa Ani bersedih dan takut bermain dengan Dewi, Rita dan Rani? Bukankah
Ani lebih baik dari mereka? Ani bisa bernyanyi, Ani lebih pintar dan
Ani pandai bercerita. Coba tunjukkan Ani memang lebih baik dari mereka,
pasti mereka akan kagum pada Ani dan mereka akan senang menerima Ani!”
Namun
penonjolan kelebihan diri anak ini, jangan sampai berlebihan atau
membuat anak menjadi sombong. Kesombongan dapat menimbulkan respon yang
kurang baik dari orang lain. Orang lain atau teman-temannya akan menilai
dan menganggap anak terlalu berlebihan dan menunjukkan diri paling
hebat, sehingga teman-temannya merasa tidak mempunyai arti atau merasa
disepelekan. Oleh karena itu, kita pun harus juga mengarahkan anak u
Tidak ada komentar:
Posting Komentar